Friday, May 8, 2020

Dua Puluh Empat




Tujuh Mei 2020 kemarin, banyak orang mengucapkan doa-doa terbaik mereka untukku, tak sedikit juga yang meminta aku berdoa sendiri untuk keinginanku dan mereka membantu mengaamiinkan. Di hari itu, orang banyak menyebutnya ulang tahun. Sebuah pengulangan umur di setiap tahun. Alhamdulillah, jika memang seperti itu, syukur tiada terhingga atas nikmat nafas dan umur sampai tahun ini.

Sebenarnya bukan sebuah hal besar untukku, karena sedari kecil, orang tua tidak pernah membuat perayaan ulang tahun seperti teman-temanku lain. Entah membelikan kue beserta lilin lalu ditiup, ataupun memberikan kado, ibu dan bapak tidak pernah melakukannya. Bahkan sebuah ucapanpun tidak terlontarkan. Hanya saja aku paham, tanpa menunggu perayaan ulang tahun, mereka setia mendoakan yang terbaik untukku setiap hari. Maka sebuah ucapan bukan hal besar bagiku.

Tujuh Mei 2020 kemarin, aku menganggapnya sebagai sebuah momen mengingat hari lahir. Bahwa aku telah terlahir dari rahim sosok wanita hebat di tanggal 7 Mei dua puluh empat tahun lalu. Dua puluh empat, sebuah perjalanan angka yang hampir mencapai seperempat dari angka seratus. Dua puluh empat sebagai sebuah refleksi sebuah kedewasaan manusia, bukan lagi remaja nanggung yang masih belum menentukan arah.

Berbicara umur dua puluh empat tahun, sebuah umur yang rentan akan life crisis. Teman-teman remaja biasa menyebutnya QLC atau quarter life crisis. Sebuah krisis kehidupan di perjalanan menuju seperempat abad. Di titik ini, banyak sekali kegalauan dan kebimbangan hidup melanda, begitu katanya.

Sedikit yang aku tahu tentang QLC selama perjalanan hidupku sampai saat ini. Masa ini sebenarnya sudah aku alami sejak dua tahun lalu, saat aku baru saja lulus dari perguruan tinggi. Di mana sebuah fase galau mendadak hadir dan membuat pikiran lumayan tertekan.

Dua tahun lalu, saat aku berada di semester delapan, menjelang wisuda dua bulan setelahnya. Ketika skripsi tinggal menyelesaikan proses revisi akhir, saat itu aku mulai memikirkan karir dan masa depan. Apa yang harus kukerjakan setelah ini, apa lagi? Bagaimana aku menghadapi kehidupan? Dsb.

Saat itu, posisiku sudah bekerja sebagai tim marketing sekitar tujuh bulan di sebuah lembaga amil zakat daerah. Posisi karir yang sebenarnya sudah sangat baik untuk mahasiswa ingusan yang masih harus mondar-mandir kampus untuk menyelesaikan skripsi. Pihak kantor memberikan kelonggaran untukku menyelesaikan skripsi di sela-sela waktu bekerja, tentunya dengan SOP yang berlaku.

Tujuh bulan bekerja dengan setulus hati, berniat untuk menginfakkan diri di kantor yang menaungi bidang sosial tersebut, namun semakin hari pikiranku kalut akan tawaran pekerjaan lain. Sebuah lowongan bekerja di sebuah akademi yang sedari kuliah sudah kuidam-idamkan bekerja di sana sebagai pengajar kelas menulis anak-anak. Kesempatan mengembangkan karir dan hobi terbuka lebar di sana. Tawaran yang sangat menggiurkan.

Setelah pertimbangan panjang dan konsultasi ke keluarga dan orang terdekat, sepekan menjelang wisuda, aku putuskan untuk mengirim surat resign dari lembaga zakat tersebut. Sebuah keputusan besar yang aku ambil tanpa gegabah. Bukan lagi ego yang berperan, namun juga pertimbangan logika dan banyak hal.

Di titik tersebut, satu fase QLC telah aku lewati di usia dua puluh dua tahun. Keputusan besar meninggalkan sebuah pekerjaan di posisi yang bagus, lingkungan yang baik, serta prospek karir yang juga bagus. Satu hal yang aku pertegas dalam mengambil keputusan yaitu kebahagian hati, di mana di kantor baru, aku merasa lebih dekat dengan hobiku, apa yang aku suka.

Fase kedua QLC yang aku alami adalah fase di mana keinginan naik ke jenjang kehidupan yang lebih serius datang, menikah. Keinginan yang mungkin sama mendominasinya dengan urusan karir. Satu hal yang sama pentingnya dengan karir di masa depan.

Umur dua puluh empat menjadi fase penyelesaian urusan menikah terumit. Di titik ini, dorongan untuk menyegerakan datang dari banyak orang, kecuali bapak. Bapak sepertinya belum mengijinkan anak gadisnya ini menikah, mungkin aku masih terlalu dini menurut beliau.

Dua puluh empat tahun ini, urusan menikah menjadi hal rumit pada awalnya, namun setelah proses yang panjang, jatuh bangun menanti ataupun dipermainkan, urusan ini hanya ingin aku pasrahkan pada Sang Maha Cinta. Siapapun dan bagaimana jalan ceritanya, tidak ada yang paling indah dengan ikhlas menerima setiap prosesnya. Perkara menanti memang melelahkan, sangat lelah, tapi aku yakin Allah selalu menguatkan. Happy 24th for me :)

Thank you for reading :)

#inspirasiramadhan #dirumahsaja #flpsurabaya #BERSEMADI_HARIKE-8

Thursday, May 7, 2020

Untuk Tuan



Maaf,
Untuk setiap kepura-puraanku
Tuan pasti paham
Sembunyiku untuk menjaga diriku

Tuan pun paham
Aku paling suka bercerita hanya pada tuan saja
Tentang apa pun sepanjang hari
Mulai senja hingga larut malam

Tuan sangat paham
Ketidaksempurnaanku dan hal negatif tentangku
Kebiasaan buruk dan baik
Tak ada yang tersembunyi darimu
Tapi maaf tuan,
Ada satu hal yang rapat kusembunyikan
Gemuruh suara dalam tempat paling kecil
di hati

Maaf atas sembunyi
Kepura-puraan 
Kebodohan 
Ketidakpekaan 
Kedustaan
Atas apa yang sejauh ini kupendam sendiri

*Salah satu kutipan puisi dalam buku Menjaga Jeda (Halm 11)

Jika pandemi ini usai, apa yang pertama kali kamu lakukan?

Agenda organisasi terakhir sebelum pandemi meneyebar. Dokumentasi FLP Jatim

Malam ini tiba-tiba berpikir sesuatu hal, sebuah harapan semua makhluk di bumi ini sepertinya. Semua orang kini mungkin menahan-nahan untuk tetap kuat bertahan, stay di rumah saja, menjaga jarak dengan setiap manusia lain, dan berbagai keterbatasan kondisi saat ini. Maka, muncul sebuah pertanyaan sekaligus doa yang indah, jika pandemi ini usai, apa yang pertama kali kamu lakukan?

Banyak kegiatan tertunda selama masa pandemi ini, ada juga beberapa kegiatan yang diundur sampai waktu yang belum ditentukan. Semua serba belum pasti, hanya perkiraan pakar teriring doa yang selalu kita coba berkhusnudzon terhadapnya. Banyak rasa cemas, takut, parno bahkan sedih dan kecewa dalam kondisi ini, maka semua orang pasti berharap pandemi ini segera usai. Benar-benar usai.

Setelah sholat tarawih ini tadi, tiba-tiba terpikir satu pertanyaan “Jika pandemi ini usai, apa yang pertama kali kamu lakukan?”. Sejenak, diam sebentar, merenung. Hampir sepuluh menit buat mikir jawaban pertanyaan di atas. Hmm, apa yaa? Apa dulu yang akan kulakukan? Siapa dulu yang akan kutemui? Tempat mana dulu yang akan aku kunjungi? Keperluan apa dulu yang nanti akan aku selesaikan dulu? Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan dalam benak.

 Setelah berpikir lumayan lama, akhirnya aku mendapatkan jawaban atas pertanyaan di atas, versi aku yaa. Teman-teman pembaca nanti boleh kirim jawaban versi kalian di kolom komentar yaa. Aku tunggu, guys!

Dokumentasi saat mengajar anak-anak kelas menulis IWEC
Pertama, yang akan aku lakukan ketika pandemi ini usai adalah balik ke kota rantau, Surabaya, untuk menyelesaikan pekerjaan yang tertunda. Semenjak pandemi mulai menyebar di negeri ini, pekerjaan sehari-hariku mulai berkurang. Aku hanya bekerja di hari Jumat, Sabtu dan Minggu saja. Selebihnya, aku berada di Jombang dan melakukan pekerjaan lain. Terakhir kali aku berada di Surabaya yakni sekitar tanggal 19 Maret 2020. Waktu itu, pandemi sudah mulai menyebar pula di Surabaya. Parno, cemas, takut sebenarnya sudah ada, namun karena kewajiban pekerjaan masih ada, bismillah.

Maka nanti, ketika pandemi usai, aku akan kembali ke Surabaya segera dan menyelesaikan pekerjaan yang belum rampung. Semakin sedikit tanggungan dan janji, semakin ringan hidup dijalani.

Hangout tipis-tipis

Kedua, hal selanjutnya yang akan aku lakukan ketika pandemi usai adalah reuni kecil bersama sahabat-sahabat yang sudah lama tidak berjumpa. Semenjak pandemi, kita diminta patuh pada tenaga kesehatan dan tenaga ahli yang memang menangani. Maka pertemuan-pertemuan bersama sahabat, saudara ataupun client kerja harus diurungkan terlebih dahulu. Saat nanti pandemi sudah usai, waktunya silaturahmi berjalan kembali. Hang out tipis-tipis sebagai pengobat rindu yang tertahan selama ini.

Ketiga, hal selanjutnya yang akan dilakukan setelah pandemi usai adalah membuat kajian-kajian yang sempat beralih via online. Amanah sebagai koordinasi muslimah komunitas Pemuda Akhyar Jombang, mengharuskanku selalu membuat kajian khusus muslimah setiap bulannya. Kajian ini menjadi agenda rutin dan selalu ditunggu-tunggu oleh para anggota. 

Maka nanti, ketika pandemi usai, kajian-kajian yang sempat tertunda harus segera dilakasankan. Aku sudah terlanjur janji kepada teman-teman anggota untuk mengadakan kembali kajian ketika pandemi usai. Semoga keadaan lekas membaik.

Dokumentasi bersama Pengurus FLP Jombang

Tak hanya kajian, agenda-agenda organisasi lain yang juga merupakan kewajibanku, akan segera dikerjakan. Sudah cukup lama waktu istirahat, maka saatnya nanti jika pandemi usai, tidak boleh ada kata malas atau mager untuk menjalankan amanah dalam sebuah organisasi.


Keempat, yang ingin aku lakukan ketika pandemi usai adalah holiday. Aku yakin, semua orang saat ini sangat merindukan kegiatan itu. Salah satu kegiatan penghilang stres atas penat bekerja, sebuah kebutuhan yang masing-masing orang pasti membutuhkannya. Kemanapun liburan setelah pandemi usai, entah ke pantai atau gunung, aku akan semangat berangkat dan menikmati. Semoga keadaan lekas membaik.

Ayo liburan!

Tiga hal tersebut mungkin hanya 40 % dari berbagai agenda yang sebenarnya ingin segera dikerjakaan. Apalagi di bulan ramadhan seperti ini, banyak agenda yang ditunda bahkan ditiadakan. Maka ketika nanti keadaan membaik, mari balas dendam kepada waktu yang sempat memisahkan kita dengan sahabat atau pekerjaan. Semoga segera membaik, aamiin.

Jadi, Jika pandemi ini usai, apa yang pertama kali kamu lakukan, guys?

#inspirasiramadhan #dirumahsaja #flpsurabaya #BERSEMADI_HARIKE-7

Wednesday, May 6, 2020

Pukul 17.28


Menelusuri maumu
Panjang perjalanan kutelusuri,
langkah berkilo-kilo meter kulalui,
tak habis kata kujadikan alasan untuk bisa
menelusuri maumu

2019

Salah satu kutipan puisi di buku Menjaga Jeda (Halm 7)

Coba Lagi, Coba Terus!


Hari ke enam bersemadi bareng FLP Surabaya, sekaligus hari ke 13 ramadhan, alhamdulillah. Sudah mulai pusing cari ide cerita nih, guys! Oke, aku curhat lagi saja yaa, hehe. Temanya masih sama, apa-apa saja yang berkaitan dengan ramadhan di rumah saja.

Sedikit cerita tentang kagabutan ketika lockdown yang berujung eksperimen percobaan bikin jajanan yang biasanya beli di luar. Mulai dari eksperimen membuat cilok, tahu ranjau, bakpao, cireng, siomay dan makanan sejenis. Banyak cerita lucu mewarnai.


Di awal-awal lockdown, ketika kegabutan mulai melanda, mulailah berpikir untuk membuat percobaan jajanan sederhana ini. Mulai dari cari resep di salah satu situs masak-memasak, beli buku panduan resep bumbu-bumbu, nonton Youtube, sampai ngulik resep dari teman yang sudah berhasil membuat. Tips yang terakhir rata-rata meminta resep dengan maksa, hehehe.

 Oke, langsung saja aku mau berbagi sedikit resep jajanan yang aku pernah buat yaa. Semoga bisa menginspirasi teman-teman juga untuk recook di rumah saja. Eh ya, mohon maaf dokumentasi sebagian hilang karena memori kemarin sempat rusak, jadi foto ala kadarnya, yaa.


Bahan:
300 gram tepung terigu protein tinggi
120 gram tepung terigu protein sedang
1 sdt ragi instan
15 gram susu bubuk
40 gram gula halus
1 butir telur ayam
225 ml air es
30 gram margarin
1 sdt garam

Bahan topping:
Coklat batangan yang dilelehkan
Margarin & gula halus
Selai

Cara membuat donat goreng:
1. Campur tepung terigu, susu bubuk, ragi instan dan gula halus. Aduk sampai tercampur rata.
2. Tambahkan telur dan air es sedikit demi sedikit. Jika ragu adonan terlalu encer maka air bisa dimasukkan beberapa bagian dulu.
3. Uleni adonan sampai menjadi kalis. Adonan kalis adalah tidak ada adonan yang lengket menempel di wadah dan tangan.
4. Masukkan margarin dan garam. Uleni adonan sampai elastis.
5. Tutupi adonan menggunakan kain dan diamkan di tempat hangat suhu ruang selama 15 menit. Setelah 15 menit, adonan mengembang. Tinju-tinju adonan untuk mengeluarkan udara. Uleni lagi sebentar.
6. Ulangi langkah 4 tetapi cukup didiamkan selama 10 menit.
7. Tinju-tinju adonan lalu bentuk adonan menjadi lingkaran. Bisa dibentuk manual dengan tangan setelah ditimbang seberat 40 gram atau giling adonan dan cetak memakai cetakan donat.
8. Letakkan adonan yang telah terbentuk dengan diberi jarak pada wadah datar. Tutupi dengan kain dan diamkan selama 30 menit.
9. Goreng adonan donat dalam minyak panas dan api kecil sampai kuning keemasan. Tiriskan.
10. Setelah donat dingin, beri toping sesuai selera.

2. Bakpao (Sumber  resep : dari teman)

Bahan :
Tepung terigu cakra 1/2kg
Telur 2 biji
Gula 1 ons
Kentang 1ons set (optional)
Fermipan 11 gr ( 2 sendok )
Air 100 ml (1/2 gelas belimbing)
Mentega 1 ons (dicairkan dulu)

Cara membuat :
Semua bahan dicampur dan diuleni sampai kalis. Isiannya bisa pakei cokelat, tumis ayam atau selai lain sesuai selera. Diisi trus di ditunggu sampai mengembang dan dikukus selama 10 menit. Angkat dan sajikan :)

3. Cilok (Sumber resep : cookpad)

Bahan Kulit :
500 gr tepung Kanji
5 sdm full tepung terigu
1 sdm garam
1 sdt gula
1/2 sdt kaldu jamur (aku pake totole)
1 batang bawang prey/daun bawang Iris tipis
Air kurleb 400 ml (air dimasak sampai mendidih)

Cara memasak :
Masak air sampai mendidih masukkan bawan putih, sambil nunggu air, capur semua tepung dan gula garam kaldu, daun bawang, setelan di campur Siram kan air mendidih ke tepung pelan2 aduk pelan2 pakai alat centong ato sejenis, setelah hangat uleni pakan tepung kanji sampai tdk nempel di tangan dan mudah di bentuk

Haluskan semua bumbu untuk ayam, lalu tumis setelah harum masukan ayam yg sdh di rebus dan potong2 kedalam wajan, masukan bumbu pelengkap garam dll, cicipi jika kurang pas bisa di tambah sesuai selesa, masak ayam sampai benar2 harum ya bumbu cabe nya

Masukan ayam dalam adonan kanji bentuknya terserah, setelah di bentuk bisa langsung di goreng ato simpan dlm kulkas buat stok.

Eh, ya, baru ingat kalau semua fotonya ternyata benar-benar sudah enggak ada alias kehapus.

Sedikit cerita perjuangan selama mencoba membuat jajan dari resep-resep di atas, gagal berkali-kali itu pasti, apalagi waktu membuat cilok. Yang cilok terlalu keras, terlalu lembek, sampai adonan benar-benar enggak jadi dan tidak terselamatkan. Ah, banyak sekali perjuangannya.

Kedua, selama proses pembuatan, aku dan adik menjadi tim yang solid bekerja sama. Di luar dapur, kami tetap tidak pernah bisa akur. Hanya dapur yang menyatukan kami, eh.

Sekian curhat hari ini, semoga bermanfaat. Jangan patah semangat ketika belajar, selamat mencoba :)

Coba lagi, coba terus! SEMANGAT!

#inspirasiramadhan #dirumahsaja #flpsurabaya #BERSEMADI_HARIKE-6

Tuesday, May 5, 2020

Ramadhan Festival Komunitas Pemuda Akhyar Jombang


Tahun ini benar-benar ada yang hilang selama ramadhan, agenda yang biasanya menjadi moodbooster banget pas akhir ramadhan. Bareng komunitas Pemuda Akhyar Jombang, biasanya aku sudah disibukan dengan perencanaan agenda akbar yang sudah ada sejak tahun 2018 ini.

Ramadhan festival atau biasa disebut ramadhan fest merupakan agenda puncak komunitas Pemuda Akhyar yang sudah ada sejak tahun 2018. Awal diadakan, acara ini bernama ramadhan fair dengan serentetan acaranya. Di tahun awal berdiri itu pula, aku bergabung bersama komunitas ini.

Awalnya, di tahun 2018 saat ramadhan fair, aku bergabung hanya sebatas meliput karena agenda ini masuk dalam liputan untuk majalah di tempatku bekerja. Selepas liputan, beberapa pengurus menawariku untuk mengikuti rentetan kegiatan lainnya pada malam harinya. Jadilah, aku diculik seharian untuk bekerja sekaligus menjadi relawan dadakan agenda tersebut. Meskipun mendadak, namun teman-teman pengurus sangat welcome menerima dan mengajariku banyak hal.

Nah, selepas penculikan tersebut, hehehe, akhirnya aku bergabung secara resmi dengan komunitas Pemuda Akhyar. Di sana aku mulai mengikuti seluk beluk kegiatan seperti kajian rutin sampai acara baksos. Enggak terasa, satu tahun berlangsung cepat, aku berproses di komunitas Pemuda Akhyar dan bergabung di tim media untuk bertanggung jawab atas postingan di media sosial komunitas.

Di tahun 2019, agenda ini berlangsung dengan ide yang lebih segar dan baru. Dua bulan sebelum ramadhan datang, kami mempersiapkan semua agenda satu per satu. Mulai dari pemilihan lokasi hingga perencanaan lainnya. Dua bulan yang sepertinya sangat cepat, hingga ramadhan sudah datang.

Rapat persiapan Ramadhan Fest 2019

Rentetan agenda ramadhan fest 2019 meliputi FAS (Festival Anak Sholih), kajian umum, buka puasa bersama, sholat tarawih berjamaah, itikaf hingga rentetan kajian pemuda dan bincang shalihah, bazar-bazar hingga agenda beauty class bersama Ward*h. Agenda ini berlangsung dua hari penuh dan menguras banyak tenaga pengurus dan relawan.


Sampai pada hari terakhir agenda ramadhan fest 2019, kami semua menutupnya dnegan agenda makan tumpeng bersama sebagai rasa syukur atas kelancaran terselenggaranya acara tersebut. Semua tim bersuka cita sekaligus bermaaf-maafan menuju lebaran. Kami semua menutup acara dengan ucapan hamdallah, alhamdulillah.
Persiapan lokasi Ramadhan Fest 2019

Awal tahun 2020, group WhatsApp pengurus sekaligus relawan Ramadhan Fest 2019 belum juga dibubarkan, hal ini bertujuan untuk memudahkan koordinasi lanjutan untuk Ramadhan Fest 2020. Beberapa pengurus sudah sepakat untuk kembali menyukseskan agenda Ramadhan Fest tahun ini.

Qodarullah, rencana manusia hanya sekedar rencana tanpa ijin dari Allah. Ramadhan Fest 2020 urung dilanjutkan dikarenakan wabah covid-19 yang sedang merebak. Masyarakat diharapkan untuk tetap berada di rumah saja hingga lebaran 1441 H. Agenda Ramadhan Fest 2020 ditiadakan sementara waktu.

FAS (Festival Anak Sholih)

Jujur saja, pasti sedih karena salah satu moodbooster selama ramadhan harus ditiadakan sementara waktu. Yang biasanya di awal ramadhan sudah berpusing ria untuk mencari sponsor acara ataupun mencari peserta FAS, kali ini hanya di rumah saja sambil mengenang kenangan indah Ramadhan Fest 2019.

Bincang Shalihah dan Beaty Class

Di sisi lain, ada yang sedang bersyukur karena aku tidak berkegiatan sama sekali di luar selama ramadhan. Kalian semua pasti tahu, hmmm. Ya benar, ibuku yang sedang berbahagia karena anaknya bisa diam di rumah dan tidak ke mana-mana.

Acara penutupan, makan tumpeng, yeayy :v

Ada sisi positif, pasti ada sisi negatif. Memang aku bersedih karena harus menunda agenda akbar ramadhan ini, tapi sisi baiknya adalah aku semakin dekat dengan ibu. Setiap hari bersama selama 24 jam penuh, banyak sekali sikap ibu yang semakin ke sini semakin aku sadari mirip sekali dengan aku. Oke, besok aku coba cerita yaa, semoga istiqomah :)
Thank u for reading :)

#inspirasiramadhan #dirumahsaja #flpsurabaya #BERSEMADI_HARIKE-5

Monday, May 4, 2020

Bisa Karena Terbiasa



 
#dirumahsaja bareng ibu, adik dan bapak <3
Day ke sekian kalinya quarantine di rumah saja, bagaimana kabar teman-teman online semua? Sudah terbiasa di rumah saja apa semakin bosan? Hehehe.

“Bisa karena terbiasa” pernah dengar kalimat itu enggak sih? Yang katanya kita akan bisa melakukan suatu hal karena terbiasa. Misal, yang enggak bisa masak seperti saya nih, bakal bisa masak kalau terbiasa melakukan alias belajar setiap hari. Sama halnya dengan cinta, katanya sih bakalan jatuh cinta kalau terbiasa bersama. Bahasa Jawanya itu “tresno jalaran soko kulino.”

Ramadhan hari ke sebelas tahun ini, mau curhat sedikit tentang kebiasaan baruku selama ini. Biasanya sih, momen ramadhanku setiap tahun selalu ada saja kegiatan di luar rumah, mulai dari hari pertama ramadhan sampai penghujung ramadhan. Enggak heran, buka bersama bareng keluarga di rumah bakal jadi momen langkah.

Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, aku selalu disibukan dengan agenda kerja dan agenda sosial. Berhubung tempat kerja dulu di lembaga zakat, enggak heran ramadhan jadi momen full time kerja sampai lembur-lembur. Apalagi mendekati lebaran, pembagian zakat menjadi membeludak penyalurannya sampai ke desa-desa terpencil di ujung Jombang.

Agenda menyambut ramadhan di tempat kerja lama

Momen ramadhan juga menjadi momen semi reuni bareng teman-teman angkatan sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, SMK, kuliah sampai reuni komunitas atau organisasi. Dalam 30 hari ramadhan, bisa jadi 50% nya menjadi agenda buka puasa semi reuni. Saking penuhnya jadwal buka puasa, sampai ada yang harus ditolak-tolak. Padahal, setelah ramadhan masih ada agenda halal bihalal seperti biasanya.
Bukber semi reuni bareng teman-teman kuliah

Ketiga, agenda yang enggak luput selama ramadhan biasanya adalah agenda bakti sosial teman-teman komunitas. Mulai dari agenda tahrib ramadhan, sampai pada pembagian peralatan ibadah, zakat sampai parcel lebaran. Agenda-agenda ini juga mendominasi dilakukan selama ramadhan.

Keempat, agenda pondok ramadhan dan agenda acara khusus bulan ramadhan yang pasti dinanti setiap tahunnya. Salah satunya yang sudah aku tunggu tahun ini sebenarnya adalah agenda Ramadhan Festival bareng komunitas Pemuda Akhyar, salah satu komunitas kajian yang aku ikuti. Agenda ini benar-benar seru abis dan dinanti teman-teman anggota setiap tahunnya. Agenda yang berlangsung selama 2 hari penuh ini menjadi penyemangat sendiri ketika ramadhan. Kapan-kapan aku coba sedikit ceritakan mengenai agenda ini. Semoga teman-teman setia membaca, hehehe.
Agenda Ramadhan Fest 2019

Kerja, buka bersama semi reuni, agenda bakti sosial, dan ramadhan festival yang biasanya dilakukan dan menjadi pernik ramadhan, pada tahun ini terpaksa dikurangi bahkan ditiadakan. Sedih? Pasti. Banget? Buanget dah!

Namun, satu hal yang membuat terhanyut saat aku ngobrol dengan ibu mengenai agenda-agenda yang tidak aku lakukan tahun ini. Singkat percakapan seperti ini.

“Buk, kulo kangen uplek kegiatan pas romadhon kale rencang-rencang (Bu, aku kangen kegiatan pas ramadhan bareng teman-teman)curhatku ke ibu yang lagi nyemil habis tarawih.

“Nggeh gimana lagi mbak, nek ndak gini nggeh samean ndak pernah buko ndek omah (Gimana lagi mbak, kalau enggak kondisi seperti ini ya kamu enggak pernah buka puasa di rumah)jawab ibu santai.

Oke baik, langsung saja ke kesimpulan.

 Dari jawaban ibu tersebut, aku mengakui dengan sadar jika memang jarang meluangkan waktu di rumah, apalagi selama ramadhan. Memang, aku bukan tipe anak yang beta di rumah saja. Tak jarang pula, ibu sering mengomel karena aku terlalu asyik kegiatan di luar.

Maka ketika momen di rumah saja ini ada, ibuku mungkin bernafas lega. Tenang, bisa melihat anak perempuanya akhirnya diam di rumah. Bukan main, ibu terus saja menyuruhku makan melebihi jadwal makan biasanya. Ah, ibu, maafkan anakmu yang tidak peka ini.

Awalnya, aku mikir banget. Apa bisa bertahan di rumah saja dan enggak kemana-mana, dan Alhamdulillah, kalimat “Bisa karena terbiasa” memang benar. Apapun yang kita biasa lakukan, maka kita akan terbiasa dengannya, bisa jadi malah cinta, eh.

Oke, cerita ramadhan bareng ibu bakal ada di cerita besok. Semoga tetap istiqomah menulis J Thank u for reading J

#inspirasiramadhan #dirumahsaja #flpsurabaya #BERSEMADI_HARIKE-4


Sunday, May 3, 2020

Ramadhan #dirumahsaja Versi Aku


            Hari ke sepuluh ramadhan 1441 H, nggak kerasa sudah kurang dua puluh hari lagi saja menuju lebaran. Ramadhan hari ke sepuluh di rumah saja, enggak ke mana-mana. Biasanya, hari ke sepuluh gini jadwal bukber alias buka bersama alumni blaa, blaa, blaa sudah menumpuk, bahkan sampai nolak-nolak atau rescedule. Tahun ini berasa kering banget, nggak ada bukber sama sekali di luar, kecuali bareng keluarga.

Nah, waktu-waktu bosan itu pasti ada, enggak mungkin enggak merasa bosan sama sekali. Efek di rumah saja pastilah ngaruh besar ke orang-orang yang enggak bisa diem di rumah saja, sebut saja diri sendiri, eh. Atau pasti banyak juga teman-teman pembaca yang merasa demikian.

Sedikit tips dari aku yang sok tahu mengatasi rasa bosan selama di rumah saja. Ini bisa aku bilang ampuh banget sih, apalagi selama ramadhan. Biar enggak rebahan saja seharian, kemampuan di bidang dapur juga biar makin bertambah.

Pertama, teman-teman bisa mengalihkan kegiatan selama di rumah saja dengan memasak. Yang berniat ingin segera mengakhiri masa jomblo tahun ini apalagi, pas banget waktu selama di rumah saja untuk mencoba memasak.

Awalnya aku sendiri ragu buat memulai masak sesuatu, sampai pada akhirnya curhat ke ibu seperti ini, “Bu, kulo pengen bisa masak. Tapi mulai dari mana nggeh?

Polos banget sih aku? Iya emang! Enggak ngerti itu dunia perdapuran selain masak mie instan yang super duper instan. Baru di momen lockdown ini, aku memberanikan diri buat belajar memasak.

Namanya belajar, pasti pernah salah dan pernah benar. Pernah mendapat nilai jelek dan juga mendapat nilai bagus. Tergantung usaha masing-masing kita bagaimana.

Tenang guys! Memasak enggak semenyeramkan ujian nasional kok, malah jatuhnya asyik dan seru banget. Teman-teman bisa mulai masak menu sederhana yang bisa nyontek dari Youtube atau aplikasi lainnya. Banyak banget resep di sana yang bisa kita praktikkan sesuai dengan takaran bumbu dan bahan yang tertera. Asal kita patuh pada resep yang ada, insyaAllah berhasil!

Aku pribadi lebih memilih memulai masak dari sesuatu hal yang disukai, misalnya kue. Btw, aku suka banget jajan, jadi pengalihan bikin kue sendiri menjadi alternatif yang lumayan menguntungkan dari segi finansial. Yang biasanya jajan 30 ribu dapat cuma dua jenis kue atau jajanan, dengan masak sendiri, 30 ribu bisa buat kasih cemilan orang satu rumah seharian.

Prosesnya pun mengasyikan, bisa menambah keakraban antar keluarga, apalagi hubungan kakak dan adik yang kebanyakan seperti kucing dan tikus. Momen memasak ini bisa banget mengakrabkan hubungan kalian.

Kedua, yang biasanya aku lakukan ketika di rumah saja biar enggak bosan yaitu dengerin podcast. Awalnya diracunin teman buat dengerin podcast horor, ngeri-ngeri dan nggak begitu tertarik awalnya. Bosan saja, karena hanya mendengarkan suara tanpa visualisasi. Lalu aku coba cari-cari link podcast chanel lain. Sekali lagi iseng saja, coba dengerin tema pendidikan atau seputar pernikahan. Eh, kok seru ya, eh kok asyik ya, eh kok keterusan ya? Hehehe.

Setelahnya, banyak banget saluran podcast yang aku ikuti dan selalu pantengin sambil ngabuburit. Podcast dengan konten positif ampuh banget ngebooster kita buat yang mungkin kurang inspirasi atau sedang membutuhkan motivasi. Yang biasanya mungkin dapat booster dengan curhat langsung ke teman kerja pas jam istirahat, podcast bisa banget jadi pengganti teman curhat ketika lagi jauhan seperti saat ini.

Terakhir, yang bisa dilakukan ketika di rumah saja biar enggak bosan versi aku yaitu menulis. Pernah aku dapat masukan dari salah satu guru menulis, Bunda Sinta Yudisia. Beliau mengatakan bahwa jika ingin fokus pada pencapaian suatu target menulis, beliau memilih untuk menghentikan semua aktifitas rutinnya sementara dan memilih untuk fokus terlebih dahulu pada menulis. Waktu lockdown saat ini bisa jadi momen yang pas banget buat kita fokus menyelesaikan satu target tulisan tanpa perlu menghentikan aktifitas lain.

Yang punya target menulis novel tahun ini, waktunya pas banget ya sekarang ini. Jangan disia-siakan waktu luang ini tanpa hasil apapun guys! Target kalian harus dirampungkan segera, sebelum masa lockdown ini berakhir.

Tiga tips di atas yaitu tips versi aku yaa, apa yang biasanya aku kerjakan dan sudah terbukti ampuh. Siapa tahu, apa yang aku bagikan tadi juga bisa memotivasi teman-teman untuk melakukan hal yang sama ataupun hal-hal positif lainnya. Semoga bermanfaat. Salam Literasi!

#inspirasiramadhan #dirumahsaja #flpsurabaya #BERSEMADI_HARIKE-3