Friday, November 25, 2016

Cerpen setengah jalan


                Bulan ini lagi banyak banget lomba menulis cerpen gitu. Rencana saya mau ikut lomba, selain buat melatih ilmu menulis yang masih kocar-kacir nggak jelas ini, hadiahnya juga menggiurkan loh. Ada yang liburan ke Bandung, Aceh, smartphone ketceh, sampai buku launcing gaessss *Eh.

                So, urusan nulis curhatan galau dan keluh kesah di blog ditunda dulu deh, hehe. Niatnya waktu yang biasanya buat nulis di blog, digunakan buat nulis cerpen buat lomba. Makhlum management waktunya masih keteteran, jadi belum bisa nentuin waktu nulis yang pas selain malam hari. Alamat waktu tidur berkurang, bangun pagi gedandapan.

                Hari pertama nulis satu cerpen dengan tema “Mimpi”. Awalnya udah kepikiran buat nulis cerita yang agak termehek-mehek. Karakter dan alurnya udah dapet, mulai deh nulis. Dua tiga hari, nulis satu lembar kok nggak rampung-rampung yah. Sampai satu minggu berlalu, ini satu lembar kok nggak kelar-kelar sih? Ini mau cerita apa sih ? kok ujug-ujug gini? Loh kok mbulet sih? Lah loh ? *plaaak!

                Oke, karena pusing dengan cerpen buat lomba yang ini, pindah deh coba buat cerpen buat lomba yang lain. Temanya asyik juga nih, hijrah menjadi lebih baik. Ah, keknya lancar deh nulis ini, teman-teman sering curhat tentang kegalauan pas hijrah. Termasuk saya juga mengalaminya, hihihi.

                Mulai nulis paragraf pertama, lancaaaaar.
                Paragraf kedua, asyik nih dapet idenya. Pengenalan konflik masuk.
                Paragraf ketiga, nih mulai masuk konfliknya.
                Paragraf keempat, habis ini apa lagi ya? Loh, kok blank?
                Mulai deh mampet! 

Refresh fikiran dulu deh. Buka pesbuk sama youtube, kali ajah nemu ide. Stalker dulu ah chanel faforit. Luuuuh ada video baru, ih lihat ah!

%^*IO((*^&%$#@!#%^&*(O)))((**^%$#@#!@@#$^*()_”:L:>>:{((*&^%#@!!!#$%**&

SATU JAM KEMUDIAN.
                Wah keren banget videonya, inspiratif sekali. Mana abang-abang aktornya cakep-cakep, meleleh deh... (mimpi dulu ketemu aktor faforit terus minta tanda-tangan dan foto bareng). Play lagi aaah... 

LOOOOH, CERPEN, MANA CERPEN TADI?? 

!#$^((&$&*($&**()(@*()_P:"?:>?%@!@#%^&*(*(*^^#))()(

                Alamat kedua kalinya, cerpen mangkring di tengah jalan. Entah kemana nasibnya berlabuh, yang jelas ide saya mogok. Ide itu datang dan pergi sesuka hatinya, ah kek dia yang suka PHP ajah *Looohh.

                Entah kapan cerpen saya rampung, yang jelas saya butuh recharge ide buat bisa semangat nulis lagi. Makanya akhir-akhir ini lagi istiqomah banget cari-cari buku bacaan buat dapat ide. Biar idenya ngalir terus gituuuu, nggak setengah jalan, hehe.


                Perjuangan menulis itu memang nggak instan, istiqomahnya kudu dijaga terus. Semoga para penulis pemula seperti saya nih, bisa tetap istiqomah menulis. Karena saya percaya menulis itu bukan passion, tapi kerja keras. Kata Bunda Umi, harus berdarah-darah dulu. Setuju?

Tuesday, November 15, 2016

TANDA TANGAN, HUTAN DAN SRIWEDARI


Cerita dimulai pada suatu pagi di sungai ujung barat kabupaten Jombang, Sungai Brantas Megaluh.

Sungai Brantas di pagi hari sudah ramai oleh transportasi kapal-kapal yang lalu lalang membawa penumpang. Mengantar penumpang dari ujung barat ke ujung timur, begitupun seterusnya hingga nanti sore. Penumpangnya pun beragam, dari siswa-siswi SMA/SMP, pedagang, pegawai dll.

Aku dan Mak Ninik (Mak) nambang (menyebrang) sungai Brantas pukul delapan pagi. Dengan biaya seribu rupiah saja, perahu bergerak cepat dari ujung timur ke barat. Kami menyebrang sungai kurang dari 5 menit.

Tujuan kami yang pertama adalah Kantor Kecamatan Plandaan Jombang. Jaraknya sekitar 1 kilo dari Megaluh Jombang. Kami ingin bertemu salah satu bapak kepala desa di Plandaan, Bapak Kades Jipurapah. Bulan April lalu, kami sudah bertemu beliau dalam rangka pengusulan Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), allhamdulilah disetujui pula. Dan kesempatan kali ini, kami ingin meminta tanda tangan serta stempel kantor Desa Jipurapah untuk kelengkapan proposal.

Pukul 08.30 kami tiba di Kantor Kecamatan Plandaan. Dengan penuh harap, kami ingin bertemu Pak Kades Jipurapah tanpa hambatan. Karena pada hari-hari sebelumnya, kami selalu gagal bertemu beliau. Disamping faktor kesibukan beliau yang padat, kami pun tak bisa membuat janji terlebih dahulu. Koneksi sinyal di daerah Jipurapah nihil, jadi sangat sulit bagi kami menelfon untuk membuat janji.

Sesampainya di kantor Kecamatan Plandaan, kami kebingungan, Pak Kades tidak di tempat. Beliau sudah kembali ke Desa Jipurapah setelah sholat subuh berjama’ah tadi. So, how is it going to be?

Kami berdiskusi panjang dengan staf di TKP, aku dan mak memutuskan untuk menyusul Pak Kades ke Kantor Desa Jipurapah. Salah satu staf memberi kami denah acak-acakan di kertas, denah itulah satu-satunya penunjuk jalan kami, karena google maps pun tak mendeteksi lokasi tersebut. Melihat denanya saja, aku sudah ragu untuk tetap berangkat atau tidak. Jarak sekitar 3 kilo harus kami lewati berdua, hanya berdua! Girls only.

On the way Jipurapah

Di perjalanan, bukan jarak yang menjadi kendala, namun medan jalan yang kami temui. Malam sebelumnya memang turun hujan lebat, saat di kantor Kecamatan memang kami sudah diperingatkan untuk berangkat menjelang siang karena kondisi jalan yang masih licin and how surprise we are when know the truth! Lumpur gaes! Motor kami kembet!

mak hati-hati, mak ..

        Awal perjalanan kami terhibur oleh pemandangan yang masih terlihat hijau sawah dimana-mana dan keindahan sungai yang masih jernih. Ketegangan dimulai saat kami mulai melewati hutan, benar-benar hutan. Disisi kiri terlihat jurang tajam, disisi kanan, tebing menjulang tinggi. Pohon-pohon tinggi nan rimbun menambah redupnya cahaya matahari di hutan.  Aku gugup saat motor tiba-tiba terhenti, gelap, sunyi dan hanya kami berdua. Laa haula wa laa kuwwata illa billah..

Stoooong yam mak!

Ketegangan masih berlanjut saat kami sudah hampir sampai di Desa Jipurapah. Jembatan penghubung ke Desa Jipurapah sedang di renovasi, do you know what did we do ? Nyebrang sungai gaes! Kaline disebrangi mlaku, rek!

Nyabrang kali reks...

        Nafas kami tersenggal-senggal, allhamdulilah sampai di Desa Jipurapah dengan mandi keringat, gobyos. Dengan cepat kami segera menuju kantor Desa Jipurapah.

Dan, kejutaaaaaaaaaaaaannnn... do you know what is the surprise again?

BAPAK KADES SEDANG TIDAK DI KANTOR DESA! Pak Kades sedang menghadiri acara di Kecamatan Jombang.

Kaki capek kek udah mau copot, badan udah lemes banget, kepanasan dan dehidrasi. Berharap segera bertemu Pak Kades,meminta tanda tangan dan stempel kemudian pulang dengan hati riang gembira, ah belum kesampaian lagi.

Ada satu kejadian di Kantor Desa Jipurapah yang bikin jleb gitu, hehehe. Di desa tersebut, koneksi sinyal handphone sangat lah mustahil ada. Dari berbagai macam jenis operator yang 3G maupun 4G, insyaAlloh tetap saja tidak akan menemukan koneksi saat disana. Namun, bapak staf di kantor desa ini menggunakan telefon kotak berwarna hitam berukuran sedang. Entah disebut telefon atau apa, unik. Beliau menelfon Pak Kades dengan sinyal antena yang sudah terpasang di atasnya. Dengan sabar beliau mencoba menelfon berulang kali dengan sinyal yang putus-nyambung.

Disitulah aku mulai merasa malu dengan diri sendiri. Ditengah kecanggihan modern saat ini, masih banyak orang dipelosok sana yang belum bisa menikmati seperti kita. Sedangkan kita(terutama aku) sering sekali mengeluh dengan masalah-masalah kecil seperti sinyal yang lemot lah, sinyal trouble  dan berbagai macam keluhan yang tak sebanding dengan mereka. Kudu lebih belajar bersyukur!

Then, sinyal yang nihil di TKP membuat kami susah untuk menghubungi siapapun. Akhirnya kami kembali ke Megaluh untuk berdiskusi. Kami memutuskan untuk beristirahat di rumah Mada di daerah Megaluh (lumayan dekat dekan Plandaan). Kami tergeletak lemas, lelah dan lapar di rumah Mada. Benar-benar perjalanan yang WOW.

Dengan kondisi Pak Kades Jipurapah yang sedang di Jombang Kota, kami pun mudah untuk menghubungi beliau. Kami membuat janji untuk meminta tanda-tangan dan stempet dari beliau sore ini juga. Akhirnya, beliau pun menyetujui, namun cerita belum berhenti sampai disini. Kami harus menemui Pak Kades di kantor Desa Jipurapah setelah acara beliau rampung. So, we come back again to the jungle, hufeeeeeeettttt.

Pukul 15.00 sore, kami kembali melakukan perjalanan panjang melewati gunung lewati lembah yang sangat jauh di Jipurapah. Lagi, kami melewati tebing, jurang tajam, dan hutan yang semakin gelap, benar-benar gelap. Kondisi jalan pun masih sedikir berlumpur, ditambah gerimis yang mulai mengguyur. Allohumma sholli ala Muhammad...

Pejalanan kali ini bukan perjalanan biasa menurutku, karena ini bukan traveling ataupun piknik. Ini adalah perjuangan kami untuk kehidupan masyarakat di pelosok. Kami ingin masyarakat di pelosok dengan segala macam akses yang sulit, bisa mendapatkan kebutuhan yang sama terpenuhinya dengan masyarakat kota. Kami juga ingin menjadikan desa-desa di pelosok dengan keindahannya yang menawan nan asri menjadi SRIWEDARI, yang berarti taman surga.


So gaes, this is for SRIWEDARI only. SRIWEDARI is the name of our proprosal for join in PKM 2016. We want to help people around Jipurapah for selling their best agriculture product, that is chili from Jipurapah. We hope, it can help their life more easier for geting their needs, amin. 

Tuesday, November 8, 2016

“Man Shabara Zhafira – siapa yang bersabar akan beruntung”


            Ketika mata masih terbuka setiap pagi adalah hal pertama yang harus disyukuri. Mendengar adzan subuh, menghirup udara bersih belum tercampur polusi, melihat sinar matahari yang masih malu-malu untuk terbit, dan masih bersama keluarga yang selalu menyayangi. Allhamdulilah.

            Pagi adalah berkah. Do’a indah terlantun untuk menjadi pribadi lebih baik lagi dari hari-hari sebelumnya.  Berharap akan ada perubahan yang lebih baik yang dimulai di pagi hari. Harapan yang disertai semangat seiring terbitnya sang mentari. Berbaur bersama jadwal kegiatan yang sudah menanti. Baca bissmilah dan mari beraksi!

            Okeh, sedikit cerita saya setiap pagi. Dimulai sejak pertama kali adek Ima masuk sekolah tingkat PAUD, sekitar tiga tahun yang lalu. Ceritanya dek Ima ini nguji kesabaran banget pas pagi hari. Ibuk repot dengan segala macam kegiatan masak-memasak untuk sarapan, bapak repot bantu ibuk masak air pake kayu bakar (makhlum ibuk nggak tawar air isi ulang, hehehe), sedangkan si dek Nisa yang udah SMP repot sendiri dengan persiapan sekolahnya. So, saya lah yang “katanya” paling nganggur setiap pagi. Jam masuk kuliah pukul delapan, jadi lah saya dapet tugas urus keperluan dek Ima yang masih kelas dua MI terlebih dahulu.

            Awalnya enjoy lah ngurus mandi, nyiapin baju, makan, sampai nganter ke sekolah  dek Ima waktu PAUD dulu, masih unyu-unyu dan belum terlalu banyak tingkah. Setelah selesai mandi lalu bantu ganti baju, nyuapin makan, pasangin jilbab, bantu pakai kaos kaki dan sepatu, nganter sampe sekolah pamitan lalu cium tangan, “belajar yang rajin yaa, nurut Ibu Guru” *Udah kayak bunda-bunda muda nganter anaknya sekolah gitu, hehehe.

            Itu dulu loh ya, jaman purbakala ketika dek Ima masih unyu-unyu sekali (muaaaah). Beda ceritanya dengan jaman setelah kemerdekaan Indonesia Raya saat ini, dia super menyebalkan setiap pagi. Sebenarnya saya malas untuk menceritakannya, tapi blog sudah terlihat angker lagi, yaudah lanjut cerita lagi, hihihi.

Dek Ima yang dulu masih unyu-unyuu :*

            Sekarang adek udah super duper bandel banget, buangeeet wis. Dimulai dari susah sekali untuk bangun tidur. Dibangunin mulai pukul lima, bangunnya pukul enam lebih. Dari mulai ibuk belanja sampai sarapan siap, dia masih asyik molor (hoaaam). Lalu, mandi, udah telat bangun, mandi pun masih sempet nyanyi! Jadilah saya tidur lagi sampai ngiler-ngiler nungguin dia mandi (Arrrrggg).

Dek Ima yang sekarang yang super buandel.

Ketiga, ganti baju. Ada ajah alasannya waktu ganti baju, yang roknya kelonggaran lah, bajunya lecek lah, ikat pinggangnya kekencangan lah, dan beragam ‘lah’ ‘lah’ yang lainnya. Keempat, sarapan pagi. Adek itu lucu, suatu hari dia berkata “Mbak , aku suka sarapan lauk tumis kangkung gini, enak”,hari selanjutnya dia bisa mengubah perkataan seperti ini “Aku nggak mau makan, tumis kangkung pahit!” (lalu kemarin yang bilang suka tumis kangkung siapa? Yang amnesia dia atau saya sih?).

            Dan yang terakhir ini yang paling nguji kesabaran. Mandi, ganti baju, sarapan, pake jilbab, BERES.
“yuk berangkat dek.”
“loh, botol minumku mana, mbak?”
“oh, iya lupa. Mbak ambilin, bentar.”
Naruh botol minum di tas “sudah siap, yuk”
“loh, suruh bawa peralatan –jdsagdjhgbdhsbahdhuysadj- buat gambar, mbak.”
“kok nggak bilang dari kemarin sih, dek? Ah, udah siang nih. Yaudah mbak ambilin bentar.”
“udah nih. Yuk berangkat, telat loh,” Geram gemas.
“mbak, pensilku hilang kemarin. Nanti aku nulis pake apa?”
“Ya Alloh, adek. Yaudah wis nanti beli di jalan, ribet banget sih,” semakin gemassssssszz.
“enggeh,”jawabnya bete’ (seharusnya saya yang bete’ -_-).  “Eh, mbak. Kan belum...”
“Apaa lagiiiii??” gemaaaaaaaasssssszz parah.
“belum pamit Buk Pa (panggilan untuk ibuk), mbak,”
“yaudah pamit, deh cepet!”
           
            Baiklah, cerita kesibukan saya di pagi hari dari situ saja. Yang jelas, setiap pagi adalah latihan kesabaran untuk saya. Merawat anak kecil itu asyik, repot dan harus sabar. Terkadang, saya bisa sangat-sangat sabar, sering juga masih kurang sabar. Sedikit pelajaran saya untuk merawat anak kecil beberapa tahun lagi (ciyeee, jodoh ajah belom ketemu -_-) adalah, anak kecil itu manja dan masih belajar. Membantunya untuk memulai disetiap aktifitas akan membuatnya belajar mandiri, bukan sepenuhnya menyiapkan. Lama untuk saya, tapi baik untuk kepribadian si anak.

“Man Shabara Zhafira – siapa yang bersabar akan beruntung”. Semoga pelajaran sabar akan selalu saya dapatkan dari mana saja. Karena saya percaya, sabar itu dicintai Allah. Hamasah!


Tuesday, November 1, 2016

Write a Future in Unipdu


Unipdu, rumah baru untuk saya sejak tahun 2014. Berada di Unipdu bukan keinginan saya, tapi takdir yang membawa kemari. TakdirNya yang sangat indah dan penuh kejutan. Subbhanalloh.
Saya tersesat ke Unipdu. Tersesat kali ini beda dengan biasanya, tersesat kali ini istimewa. Jika biasanya tersesat terkesan dengan ketidakberuntungan, tapi tersesat saya malah membawa keberuntungan. Bagaimana tidak, saya berada di kampus insan penuh cinta, Unipdu tercinta (ciyee no endorse, hihihi). 
Setelah tersesat yang membawa keberuntungan ini, disitulah saya mulai menyimpan harapan besar untuk masa depan. Harapan untuk kehidupan setelah perjuangan panjang di bangku kuliah. Empat tahun yang akan saya lewati dengan kesabaran yang harus ekstra. Dengan iringan do’a ayah, ibu, keluarga dan sahabat yang selalu menemani. Semoga harapan-harapan itu bisa tercapai atas izinNya, insyaAlloh.
Dan kali ini saya tidak akan membahas mengenai harapan-harapan kedepan, biarlah harapan itu terselip indah dalam doa untukNya. Karena terlalu sia-sia jika hanya memikirkan harapan tanpa suatu action. Sekarang saya mau cakap dikit mengenai target sebelum lulus dari Unipdu:

1.      MEMPUNYAI BUKU TUNGGAL
Menulis itu tentang kerja keras,proses. Selama belajar di Unipdu, saya ingin sekali memaksimalkan waktu untuk mengasah keluwesan menulis. Sejalur dengan jurusan yang saya ambil, S1 Sastra Inggris, mata kuliah pun juga banyak terfokus pada menulis. Sebelum lulus nanti, saya berharap sudah mempunyai sebuah buku tunggal dimana buku tersebut akan menginspirasi banyak orang. InsyaAlloh.

2.      MENJADI PENGUSAHA
Pengusaha? Apa nggak salah? anak Sastra Inggris jadi pengusaha? Pengusaha apa ? Pasti ada kan diantara kalian yang sedang membaca mikirnya gitu? (Eh bukan maksud suudzon, hihihi). Jadi gini, dulu sewaktu SMK, saya diajarkan untuk menjadi seorang wirausaha. Selama tiga tahun belajar, pelajaran kewirausaaan tidak pernah absen dari jadwal. So, sampai saat ini pun saya masih semangat berwirausaha. Usaha kecil-kecilan seperti jualan tas, jilbab, jajanan anak-anak SD, dan yang terbaru yaitu saya ingin usaha sovernir pernikahan (no baper). Bukankah pengusaha yang sukses dimulai dari usaha kecil-kecilan yang sungguh-sungguh ? Bissmillah.

3.      LULUS TOEFL
Kalau curhat yang satu ini nih bisa bikin baper, LULUS TOEFL. Soal TOEFL itu, nggemesin, unyuk-unyuk pingin nyobek-nyobek kertasnya gitu, hihihi. Gemes banget kalau udah bahas soal TOEFL, njlimet. Saya berharap, di Unipdu ini dapat memaksimalkan belajar TOEFL untuk lanjutan studi kedepan nanti, insyaAllah.

4.      BERJUANG DI ORGANISASI
Menurut saya, organisasi itu tempat dimana seseorang berproses. Organisas apapun asal jelas;azaz,arah tujuannya, dan sesuai dengan prinsip hidup. Di organisasi lah saya belajar banyak hal, mengenai Islam, masyarakat, dan menjadi muslim negarawan. Sebelum atau setelah lulus, saya akan tetap berjuang di organisasi. Memperjuangkan agama Allah yang syumul, Islam. 

5.      MENJADI BAGIAN DI MASYARAKAT
Mahasiswa adalah Agent of Change, so untuk apakah kita menjadi mahasiswa jika tidak bermanfaat bagi masyarakat? Mulailah menyatu dan membaur di masyarakat, karena masyarakat membutuhkan kita dalam segala bidang. Saya ingin dapat terjun langsung ke masyarakat dan menjadi bagian dari perubahan masyarakat yang lebih baik. Saya ingin mempunyai perpustakaan kecil dirumah, setidaknya agar anak-anak di desa saya mempunyai kesibukan lain;membaca, selain bermain gadget.


6.      TERUS BERKARYA
Berkarya sesuai dengan hobi. Saya setuju sekali dengan pendapat tersebut, karena saya pun melakukanya. Passion/hobi saya menulis, maka sekarang atau nanti setelah lulus, saya akan terus menulis menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih dari tulisan amburadul saya saat ini. Saya juga suka dunia fotografi, saat ini saya masih memotret dengan kamera pinjaman, maka saya mulai menabung untuk membeli kamera sendiri untuk menghsilkan karya yang lebih. Travelling juga masuk daftar hoby saya. Ingin sekali Travelling bersama sahabat-sahabat saya, setidaknya sebelum lulus sudah eksplore keindahan alam di Jawa Timur.  Kemudian mengabadikan perjalanan kami dalam suatu foto dan tulisan.


The inspiration of : Mbak Ayu Azizah
Semoga bermanfaat J


Friday, October 28, 2016

Because of Horoscope


“Are you not going to school?” Ask mother to Sauki in the bedroom.
“No,mom. I’m not going to school right now, because my horoscope said that I will get a bad moment in outside today, so I don’t want to go to school right now,” Sauki’s answer sleepy.
“You may not belived horoscope, baby. It’s not true. Islam doesn’t allow to belived it.”
“But.. Mom...,” He stops speaking suddenly.
“No, Sauky. You have to go to school right now!” Mother’s command with leave Sauky in the bedroom. Willy nilly, Sauky prepares himself to go to school.
            On the way, Sauky goes to school with a afraid face. He is afraid, will get a bad moment on the way or maybe in the school next time. He has thought a negative thinking as like have a bad mathematics score from test yesterday, fall from bicycle, get teacher’s angry and ect. He isn’t comfortable with this situation.
            After the first lesson, Ramadhan as the leader in six’s grade class, says Mr.Faqih’s message to Sauky. Mr.Faqih asks Sauky to meet him after the first lesson.
“Wait, Sauky wait me!” Call Ramadhan loudly in the canteen.
“Yes, what’s wrong, Ramadhan?” Ask Sauky surprised.
“Mmmm... Mr.Faqih wants to meet you, he waiting you right now in the office, Let’s meet him now.”
“Aa.. what? Mr.Faqih wants to meet me,right? What happen?” Ask Sauky afraid.
“I don’t know more about that, main point you have to meet him now. It’s not good to make a teacher waiting.”
            Sauky is confuse, afraid and don’t what he has to do. He still in the canteen with many assumption. He is afraid get a bad moment today as like horoscope that he read yesterday. He afraid if Mr.Faqih will be angry because his bad matemathics test score yesterday, or maybe Mr.Faqih will be angry because his another mistakes? Oh no! Is horoscope yesterday true?
            Sauky decides to lie. He lies to Ramadhan that he is stomachache. So, Ramadhan says sorry to Mr.Faqih because his friend, Sauky can’t meet him.
“Oh oke, it doesn’t matter, Ramadhan. I can understand it,” Mr.Faqih’s answer.
“Yes, sir. I’m sorry one more time for this. Is there a message to Sauky, sir?
“Oh yeah, I just wanna say congratulation to him, because he got a best score in the mathematics test yesterday, but he can’t meet me so please tell him about this.”
“Oh, yes sir. InsyaAllah I will tell him about this good information.”
“Yeah, thank you, Ramadhan.”
“You’re wellcome sir.”
            In the class, Ramadhan comes to Sauky. Ramadhan tells all the message from Mr.Faqih to Sauky. Suddenly, Sauky’s face is sad. He regrets of lie to Ramadhan and Mr.Faqih.
“Ramadhan, I wanna be honest with you, Actually I’m not getting stomachache, I just lie because I don’t want meet Mr.Faqih,” Sauky speaks sadly.
“But, why ? Why don’t you want to meet Mr.Faqih?”
“Because, yesterday my horoscope said that I will get a bad moment today, and I think that bad moment is coming from Mr.Faqih, I will get a bad mathematics test score.”
“What? Are you belive horoscope, Sauky? Oh no...” Ramadhan’s answer surprised.
“Yes, Ramadhan. I like to read horoscope, and now I know that it’s not true, I regret.”
“Yeah, Allhamdulilah, now you know the truth. You know that, Islam forbid moeslim belive horoscope, anything about horoscope. No one in this world know about future, no one! Only Allah knows!”
“Yes, Ramadhan. My mother said that too last time, but I don’t belive. So, I regret, but what I have to do now, Ramadhan?”
“You must apologize to Mr.Faqih now. Tell him about your mistakes, and promise to your self, you will not belive in horoscope again.”
“Okay, I will go to meet Mr.Faqih now. InsyaAllah, I promise, I will not belive in horoscope again.”
“Allhamdulilah.”
            Sauky goes to office to meet Mr.Faqih. He feel better than before. He is ready to receive anything that Mr.Faqih speaks. Now, he belives that everything happen is best things from Allah.

Tuesday, October 25, 2016

FLP dan Hijrahku


     Tepat enam bulan yang lalu, saya mengenalnya. Saya mulai mendekati, mengulik sedikit cerita tentangnya. Semakin hari, semakin kepo. Ingin segera berkenalan dan belajar bersamanya. Banyak cerita menarik tentangnya. Kegigihan, semangat, visi misi, dan  karya-karya fenomenalnya. Saya semakin tertarik, sangat. Sepertinya, saya mulai jatuh cinta padanya. Iya, saya jatuh cinta pada FLP (Forum Lingkar Pena).
FLP Jombang menjadi titik awal dimana saya mulai berhijrah. Saya mulai mantab memilih yang hak dan meninggalkan yang bathil. FLP menjadi alarm yang membangunkan saya dari mimpi-mimpi semu dunia. FLP tak hanya mengajarkan dunia tulis menulis, namun juga agama. FLP bukan sekedar forum biasa, karena karya-karyanya pun bukan karya biasa. Karya FLP selalu memberikan arti yang dalam bagi para pembaca, sama seperti slogan FLP, “Berbakti, Berkarya, Berarti”. Dan saya memilih pena sebagai jalan dakwah, karena saya ingin berbagi dan berarti dengan tulisan-tulisan saya.
            Acara pertama FLP yang saya ikuti yaitu, Talk show kepenulisan oleh FLP Jombang bersama penulis terkenal Habiburrahman El Shirazy atau lebih akrab disapa Kang Abik. Saat itu, saya mendapatkan tiket gratis acara tersebut dari dosen kampus saya, his name is Mr Nurdin. Beliau sangat mendukung mahasiswa-mahasiswanya yang tertarik dalam bidang kepenulisan. Tak heran beliau sering memberikan reward kepada mahasiswa yang aktif menulis, dan allhamdulilah kali ini saya mendapatkannya.
            Agenda kelas menulis FLP Jombang diadakan rutin seminggu sekali. Saya kembali dipertemukan dengan Ibu Guru paling keren di SMK saya dulu. Bunda Umi, begitu saya memanggilnya. Bunda Umi menjabat sebagai ketua FLP Cabang Jombang, bukan hanya sebagai ketua tapi juga motivator. Beliau mengenalkan saya pada forum keren ini. Tak hanya membimbing kelas menulis, beliaupun selalu memberi semangat dan motivasi dengan pembawaannya yang santai dan sedikit jail. Menyenangkan.
Kegiatan kelas menulis menjadi semakin seru, karena sahabat-sahabat saya pun mengikuti. Kami mempunyai ketertarikan yang sama pada dunia menulis, sehingga saat saya mengajak mereka untuk mengikuti kelas menulis FLP, semangatnya tak kalah dengan saya. Kami berlima biasanya disebut dengan genk Monster, rakus buku juga makanan, hehehe.
Sudah hampir sebulan berjalan bersama FLP Jombang, banyak sekali hal baru yang saya pelajari. Mau nggak mau, menulis menjadi kegiatan rutin setiap minggunya. Membaca menjadi lebih menarik karena stok buku di perpustakaan Monster Pintar yang sangat banyak dan up to date. Teman-teman baru juga mewarnai cerita saya di FLP Jombang. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari guru,bidan,pelajar SMA,hingga komikus. Keren.
Empat bulan bergabung di FLP, saya sudah terbiasa dengan acara pembantaian(bedah) naskah oleh teman-teman dan bunda. Setalah berhari-hari menulis panjang lebar, dan tiba-tiba naskah dibantai dalam waktu kurang dari setengah jam, wow sekali, hehehe. Namun, acara pembantaian naskah menjadi menyenangkan karena solusi pun diberikan. Kami tidak hanya mengkritik, tapi juga memberi saran dalam memperbaiki naskah yang dirasa kurang cocok.
Bulan kelima bersama FLP menjadi satu cerita baru untuk saya. Acara Silatwil FLP JATIM digelar di Lumajang! Asyik. Saya dengan dua anggota FLP Jombang, yakni Mada dan Zaki mengikuti acara silatwil tersebut. Kami berangkat dengan antusias dari Jombang menuju Lumajang sehari sebelum acara dimulai. Disana kami bertemu dengan anggota FLP se Jawa Timur yang keren-keren banget. Mereka berasal dari berbagai daerah, antara lain Malang, Kediri, Banyuanyar, Pamekasan, Blitar, Surabaya dsb. Lebih serunya lagi, kami bertemu dengan Ketua FLP Pusat, Bunda Sinta Yudisia. Mantab.
            Terakhir, saya merasa beruntung menjadi bagian dari FLP. FLP mengajarkan saya hidup yang sebenarnya, hidup yang memberikan arti bagi orang lain. Hidup dengan meninggalkan jejak-jejak kebaikan yang akan selalu dikenang, jejak dakwah pena.




Bedah naskah oleh FLP Jombang


Silatwil FLP JATIM di Lumajang


foto bersama Bunda Sinta Yudisia


Tuesday, October 11, 2016

Leadership Training

All peserta, instrukur dan panitia DM1 KAMMI Jombang.

Pagi ini, hujan gerimis masih mengguyur kota Jombang. Rintik-rintik hujan pun tak menggugurkan semangat para pelajar yang berangkat sekolah dengan seragam coklat, pramuka. Yeah, sabtu yang sudah diitunggu-tunggu, leadership training, daurah marhalah 1 KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiwa Muslim Indonesia) Jombang.

Seperti pemberitahuan dari ukhti-ukhti sebelumnya, semua peserta Daurah Marhalah 1 (DM1), hari ini berkumpul di masjid Jami’ kota Jombang pukul 07.00 pagi. Dan allhamdulilah, sedikit pidato ibu pagi ini membuatku datang tepat waktu hehe. Tepat pukul 07.00 aku sudah tiba di masjid jami’ dengan ransel warna pink yang isi yang cukup berat. Beberapa perlengkapan untuk kegiatan dua hari.
DM1 kali ini bertempat di desa Pojokkulon, kesamben Jombang. Tempatnya yang lumayan jauh dari kota, dan melewati lika-liku gang perkampungan yang membingungkan, membuat beberapa dari rombongan kami terpisah. Ada yang kesasar ke desa lain, ada pula yang kesasar sampai jembatan ploso, waw.
Sebelum berangkat, di depan Masjid Jami' Jombang

Hari ini materi dibuka dengan materi “Syahadatain” oleh instruktur dari Kediri(maaf gak tau namanya wkwk). Ukhti jilbab kuning kunyit dengan pembawaan yang kalem dan serius ini membuka materi DM1 dengan sangat clear. Mulai dari sub bab Syalimul aqidah hingga aksiologi syahdatain terpapar jelas. Kesimpulanku dari materi pertama ini adalah, semakin kita memahami syahadatain, semakin kita bisa merubah diri untuk lebih dekat dengan Allah.

Materi kedua, masih di hari pertama DM 1, yakni materi tentang “Syumuliyatul Islam” atau Islam secara menyeluruh. Masih disampaikan oleh ukhti jilbab kuning kunyit dari Kediri. Bahasan mulai berat nih, fokus semakin dipertajam hehe. Dikutip dari Hasan Al Banna “Islam adalah suatu sistem menyeluruh dan mengandung semua aspek kehidupan.”

Saat materi hihihi
Setelah ishoma, kami para peserta kembali ke aula dan lanjut ke materi ketiga, yaitu tentang “Problematika Umat”. Materi dimulai dengan pembacaan Puisi karya Gus Mus berjudul “ Kau ini bagaimana, atau aku harus bagaimana” oleh instruktur dari Malang (yang jelas saya juga lupa namanya hehhe). Berikut ini kutipan puisinya:

“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”

Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir


Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain

Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis

Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku

Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-

Menurutku, ini puisi memang keren banget. Maknanya itu sangat dalam dan tajam akan sindiran. Cocok banget ini buat pecinta sastra hehe. Setelah si instruktur membacakan puisi tersebut, diajukannya berbagai pertanyaan yang membuat kepala kami,para peserta DM1 berdenyut-denyut. Dengan problematika sebanyak itu, peran kami sebagai mahasiwa dipertanyakan. Apa yang sudah kami perbuat ? apa kontribusi kami selama ini ? atau sudahkah kami berdo’a untuk Indonesia selama ini ? Aaaahh aku lemas, diam tanpa kata.

Malam hari, kami kembali dengan materi selanjutnya, materi ke empat. Kalau ini aku kenal instrukturnya hehhe. Beliau gak kalah keren dengan pemateri sebelumnya, namanya ukhti Melani dari Malang. Beliau  memaparkan materi “Islam Pemuda dan Perubahan Sosial”.  Materi selama 2 jam disampaikannya dengan interaksi yang sangat asyik. Gak ada itu ngantuk ataupun capek pas dengerin materinya. Selain memberi pertanyaan yang cukup rumit, beliau pun sangat ramah kepada setiap peserta. Aku suka sekali dengan pembawaannya, ingin sekali belajar lebih lama lagi dengan beliau. Semoga ada kesempatan untuk itu. Amin.

Hari ini pun ditutup dengan diskusi kecil dengan permasalahan yang sering kami jumpai, walau sudah lelah, tapi kami tetap berdiskusi dengan aktif. Kami diminta untuk memilih satu masalah kecil yang sering kami djumpai, entah dikampus, disekitar lingkungan, ataupun saat berkendara di jalan. Setelah memilih satu masalah, kami diminta berfikir untuk mencari beberapa solusi penyelesaian. Kelompokku kali ini memilih tema “Pacaran”, topik yang tak pernah lepas dari dunia anak muda. Kelompok kami memaparkan apa yang telah didiskusikan, dan pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lainya bermunculan. Ada yang kurang setuju dengan hasil diskusi kami, ada pula yang memeberi masukan dan komentar. Diskusi berjalan lancat dan seru. Hingga si instruktur menghentikan diskusi kami.


Hari kedua DM1. Pagi buta diawali dengan qiyamul lail dan sholat subuh, lalu kami bergegas untuk outbond dan senam pagi. Setelah bersih-bersih pagi, materi ke lima dilanjut, kali ini tentang “Ke-KAMMI-an”. Ini materi paling seru menurutku, semua pertanyaan yang selama ini belum terjawab mengenai KAMMI, terjawab sudah dimateri kali ini. Materi ini dibawakan oleh Bapak Rijal dari Malang (InsyaAlloh kalau ane gak salah dan lupa hehe). Selain materi, beliau pun menunjukan beberapa video mengenai KAMMI. Melalui materi ini kami para peserta semakin yakin untuk bergabung dengan KAMMI, semangaaat.

Terakhir, materi penutup dibawakan oleh ukhti Karina dari Surabaya. Aku ingat betul semangat-semangat yang beliau berikan ke kami. Transfer energi positif beliau kepada kami sangat luar biasa. Di akhir materi beliau menyampaikan satu pesan, “Jangan takut untuk melakukan hal kecil, karena hal kecil itu biasanya mempunya efek yang sangat besar, seperti butterfly effect”. 

Singkat cerita, butterfly effect atau efek kupu-kupu adalah teori yang pertama kali diperkenalkan oleh Edward Norton Lorenz sekitar tahun 1962. Teori ini juga merujuk pada chaos theory bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara brazil secara teoritis dapat menyebabkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Pingin tau lengkapnya? Goongling sendiri hehehe.

Materi ditutup dengan kesimpulan oleh salah satu instruktur. Kami membuat kesimpulan materi dari awal hingga akhir. Setiap peserta memiliki kesimpulan masing-masing, namun satu kesimpulan kami yang sama, yakni, tak ada keraguan di diri kami untuk bergabung dengan KAMMI.


Acara ditutup dengan pengukuhan dan foto bersama *Yeeee. Allhamdulilah, acara leadership training kali ini, banyak sekali hal-hal dan ilmu baru yang diperoleh. Semua membuat clear beberapa pemikiran yang masih kesana-kemari gak jelas. Dengan acara kali ini, kami para anggota baru memiliki tugas yang lebih berat lagi. Kami harus memulai perubahan yang lebih baik lagi, untuk diri sendiri, lingkungan sekitar, orang tua, agama, dan negara. Bismillah.