Tuesday, February 21, 2017

Baper? Makanan jenis apa itu?


Namaku Tarwiya Ulfah, biasa dipanggil Tar, phampham, kalau nggak ya Mbok Wi, tapi yang paling aku suka yaa dipanggil Ukhti Tarwiya, eaaaak. Oh ya, aku mahasiswa yang akan memasuki semester tua di salah satu kampus swasta di Jombang, namanya kampus insan penuh cinta. Eh iya lagi, gara-gara aku udah mau semester tua, dan paling sensitif banget soal Hmmmm, itu tuh, iyaa itu loh, yaa itu lah namanya, inisialnya jodoh gitu, hihihi.

Loh kok jadi kenalan lagi sih? Bukannya udah kenal ya? Hmm atau aku ajah yg sok dikenal? Eh.

Back to the topic gaes, ceritanya aku nih kan udah mau semester akhir, alias bukan mahasiswa semester awal lagi. Yaa, mikirnya bukan buat dapet IPK tertinggi lagi, tp gimana caranya biar cepet ngerjain skripsi, terus kelar, terus lulus, yaudah deh kerja, nikah, loh??

Kalem please gaes! maksutku bukan gitu kok, maksut sebenarnya adalah ya semoga cepet ketemu jodoh gitu *Eh sama ajah kali yaa? Hmm.

Oke, ini serius nih! Jadi maksut lubuk hati terdalam yaitu, usia seumuran aku nih kan udah nggak bisa dibilang remaja lagi, kan ya sudah mulai memasuki usia dewasa. Artinya kalau kena isu-isu soal pernikahan atau jodoh tuh, bapeeerrrrr, Men!

Tapi, tapi, tapiiiii, baper itu apaan sih? Aku nggak paham!

Serius nih, yaa baper itu gimana? Aku sering banget bilang,
“baper ciyee”
“eh kamu baper yaa?”
 “jangan lihat, nanti kamu baper!”

Padahal, sebenarnya, aku sendiri gak paham apa itu baper!

Menurut buku “Jomblo,Mantan,dan Masa Depan” dari Kak Rezky Firmansyah. Baper dapat di artikan,


Buku “Jomblo,Mantan,dan Masa Depan” dari Kak Rezky Firmansyah

“Baper itu adalah membawa perasaan, bukan dibawa perasaaan. Mengendalikan perasaan, bukan dikendalikan perasaan. Setuju?”

Aku sih setuju sama apa yang dikatakan Kak Rezky di bukunya tersebut, karena sebenarnya semua orang pasti pernah baper, tinggal eksekusinya saja yang berbeda. Ada sebagian orang yang memilih nyaman dengan kebaperannya, itu artinya mereka mau dikendalikan oleh perasaan yang membawa ke rasa nyaman yang sementara, ujungnya? Dijamin pasti banyak sakit hati dan kecewanya.

Beda halnya jika baper versi ‘membawa perasaan’. Disini kita benar-benar melatih diri untuk tidak berlarut dalam suatu kenyamanan untuk perasaan yang belum pasti. Di titik ini, kita benar-benar berusaha mengendalikan perasaan, agar tidak terbawa dalam tidur panjang dengan berjuta mimpi tanpa mau bangun untuk mewujudkannya.

Untuk masalahku yang aku ceritakan di awal tadi, awal mulanya sih gara-gara aku risih di bilang temen-teman suka baper lah, atau baperan apa itu jenis yang lain, pokoknya intinya gitu!

Semisal nih, pas aku ngirim tulisan soal motivasi nikah di group wa gitu, dibilang baper.

Aku datang ke kondangan temen nikah, dibilang ‘jangan baper loh’.

Aku ketemu pasangan pengantin baru nikah trus sotoy tanya-tanya, dibilang ‘udah pingin ya? Awas baper!’
Ada lagi yang paling lucu, aku pasang foto bucket bunga di wallpaper HP, dibilang baper juga! Ampuuuuuun!!

Apa kalau aku ngirim tulisan soal motivasi nikah muda di group gitu, berarti aku pingin?

Apa kalau aku jg datang ke kondangan temen, nanya-nanya terus minta foto bareng, berarti aku pingin cepet nyusul?

Apa kalau aku pasang wallpaper bucket bunga di HP, berarti aku pingin cepet dapet bucket juga gitu?

JAWABANNYA, YA IYAA LAAH !!


Ini 2017 gaes, apa kata akhirat kalau masih musim pacaran?

Waktunya Nikah on, bukan hanya sekadar Move on!

Kalau kata salah satu mbak seniorku nih, situ mau nambah volume pahala apa volume dosa? #Jleebb

Kalau aku ngirim tulisan tentang motivasi nikah di group dan aku pingin segera menyusul, ya wajarlah, abis ini juga udah mau lulus, eh. Tapi bukan berarti aku hanya berdiam diri dan larut nyaman dalam rasa “pingin” saja. Harus ada action nya, Men! Berupa apa? Ya berupa terus memperbaiki diri lah.

Katanya kan mau cepet-cepet nikah, biar nambah volume pahala, maka perbaiki diri dahulu. Kalau pinginnya dapat calon suami yang shaleh, bijaksana, baik, pekerja keras, sayang keluarga, dll. Ya kita dulu kudu belajar jadi shalehah, menutup aurat dengan baik, saling berbagi, semangat belajar, dll. Adil, bukan?

Sama halnya kalau aku datang ke kondangan temen, tanya-tanya terus minta foto bareng biar cepet nyusul, lalu dibilang baper! Sekali lagi yaa, baper itu membawa perasaan, bukan di bawa perasaan! Harusnya pinter-pinter kitanya ajah buat bawa itu perasaan ke arah yang positif, sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri, bukan pulas larut di dalamnya.

Terakhir, masih dalam bukunya mas Rezky, pesan sederhana yang ngenak banget ke aku.

“Baper pun bukan berarti bawa perasaan. Melainkan bawa perubahan. Move On!”  






@tarwiya96 | 23:34

Saturday, February 4, 2017

Rentetan kejadian



Angan Yang Lepas
Waktu berlalu singkat
Kembali ke hari dan bulan yang masih sama
Berputar diantara kenangan dan angan
Tanpa kembali ke belakang dan pasti menatap ke depan
Warna-warni kehidupan yang mulai kutapaki
Tinggi menjulang dengan beribu rintangan
Hampir sampai kuraih, sedikit lagi
Aku akan meraihnya
Tapi, kenapa kau mendorongku hingga jatuh ke bawah kembali?

Tertatih Bangkit
Tak apa aku memulainya kembali
Dari titik nol aku bangkit memulai
Terseret pincang kaki kiri
Tertatih berjalan dengan bantuanmu
Hati rapuh ingin menyerah
Berat memikul segala benci,amarah dan cinta
Tapi, kenapa kau masih membantu setelah menjatuhkanku?

Aku terus menapaki
Cukupkan saja rencanamu untuk itu;
Menjatuhkan lalu membantuku bangkit kembali
Anganku memang lepas
Namun mimpiku masih berdiri tegak dan tegas
Tanpa takut kau jatuhkan kembali
Tidak dengan bantuanmu untuk kesekian kali
Entah palsu atau asli, aku tak peduli
Yang jelas aku terus berlari
Walau pincang tak beralas kaki
Kau masih membuatku tersungkur berkali-kali
Aku pun masih akan terus menapaki
Dariku hanya ucapan terimakasih