Friday, November 25, 2016

Cerpen setengah jalan


                Bulan ini lagi banyak banget lomba menulis cerpen gitu. Rencana saya mau ikut lomba, selain buat melatih ilmu menulis yang masih kocar-kacir nggak jelas ini, hadiahnya juga menggiurkan loh. Ada yang liburan ke Bandung, Aceh, smartphone ketceh, sampai buku launcing gaessss *Eh.

                So, urusan nulis curhatan galau dan keluh kesah di blog ditunda dulu deh, hehe. Niatnya waktu yang biasanya buat nulis di blog, digunakan buat nulis cerpen buat lomba. Makhlum management waktunya masih keteteran, jadi belum bisa nentuin waktu nulis yang pas selain malam hari. Alamat waktu tidur berkurang, bangun pagi gedandapan.

                Hari pertama nulis satu cerpen dengan tema “Mimpi”. Awalnya udah kepikiran buat nulis cerita yang agak termehek-mehek. Karakter dan alurnya udah dapet, mulai deh nulis. Dua tiga hari, nulis satu lembar kok nggak rampung-rampung yah. Sampai satu minggu berlalu, ini satu lembar kok nggak kelar-kelar sih? Ini mau cerita apa sih ? kok ujug-ujug gini? Loh kok mbulet sih? Lah loh ? *plaaak!

                Oke, karena pusing dengan cerpen buat lomba yang ini, pindah deh coba buat cerpen buat lomba yang lain. Temanya asyik juga nih, hijrah menjadi lebih baik. Ah, keknya lancar deh nulis ini, teman-teman sering curhat tentang kegalauan pas hijrah. Termasuk saya juga mengalaminya, hihihi.

                Mulai nulis paragraf pertama, lancaaaaar.
                Paragraf kedua, asyik nih dapet idenya. Pengenalan konflik masuk.
                Paragraf ketiga, nih mulai masuk konfliknya.
                Paragraf keempat, habis ini apa lagi ya? Loh, kok blank?
                Mulai deh mampet! 

Refresh fikiran dulu deh. Buka pesbuk sama youtube, kali ajah nemu ide. Stalker dulu ah chanel faforit. Luuuuh ada video baru, ih lihat ah!

%^*IO((*^&%$#@!#%^&*(O)))((**^%$#@#!@@#$^*()_”:L:>>:{((*&^%#@!!!#$%**&

SATU JAM KEMUDIAN.
                Wah keren banget videonya, inspiratif sekali. Mana abang-abang aktornya cakep-cakep, meleleh deh... (mimpi dulu ketemu aktor faforit terus minta tanda-tangan dan foto bareng). Play lagi aaah... 

LOOOOH, CERPEN, MANA CERPEN TADI?? 

!#$^((&$&*($&**()(@*()_P:"?:>?%@!@#%^&*(*(*^^#))()(

                Alamat kedua kalinya, cerpen mangkring di tengah jalan. Entah kemana nasibnya berlabuh, yang jelas ide saya mogok. Ide itu datang dan pergi sesuka hatinya, ah kek dia yang suka PHP ajah *Looohh.

                Entah kapan cerpen saya rampung, yang jelas saya butuh recharge ide buat bisa semangat nulis lagi. Makanya akhir-akhir ini lagi istiqomah banget cari-cari buku bacaan buat dapat ide. Biar idenya ngalir terus gituuuu, nggak setengah jalan, hehe.


                Perjuangan menulis itu memang nggak instan, istiqomahnya kudu dijaga terus. Semoga para penulis pemula seperti saya nih, bisa tetap istiqomah menulis. Karena saya percaya menulis itu bukan passion, tapi kerja keras. Kata Bunda Umi, harus berdarah-darah dulu. Setuju?

Tuesday, November 15, 2016

TANDA TANGAN, HUTAN DAN SRIWEDARI


Cerita dimulai pada suatu pagi di sungai ujung barat kabupaten Jombang, Sungai Brantas Megaluh.

Sungai Brantas di pagi hari sudah ramai oleh transportasi kapal-kapal yang lalu lalang membawa penumpang. Mengantar penumpang dari ujung barat ke ujung timur, begitupun seterusnya hingga nanti sore. Penumpangnya pun beragam, dari siswa-siswi SMA/SMP, pedagang, pegawai dll.

Aku dan Mak Ninik (Mak) nambang (menyebrang) sungai Brantas pukul delapan pagi. Dengan biaya seribu rupiah saja, perahu bergerak cepat dari ujung timur ke barat. Kami menyebrang sungai kurang dari 5 menit.

Tujuan kami yang pertama adalah Kantor Kecamatan Plandaan Jombang. Jaraknya sekitar 1 kilo dari Megaluh Jombang. Kami ingin bertemu salah satu bapak kepala desa di Plandaan, Bapak Kades Jipurapah. Bulan April lalu, kami sudah bertemu beliau dalam rangka pengusulan Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), allhamdulilah disetujui pula. Dan kesempatan kali ini, kami ingin meminta tanda tangan serta stempel kantor Desa Jipurapah untuk kelengkapan proposal.

Pukul 08.30 kami tiba di Kantor Kecamatan Plandaan. Dengan penuh harap, kami ingin bertemu Pak Kades Jipurapah tanpa hambatan. Karena pada hari-hari sebelumnya, kami selalu gagal bertemu beliau. Disamping faktor kesibukan beliau yang padat, kami pun tak bisa membuat janji terlebih dahulu. Koneksi sinyal di daerah Jipurapah nihil, jadi sangat sulit bagi kami menelfon untuk membuat janji.

Sesampainya di kantor Kecamatan Plandaan, kami kebingungan, Pak Kades tidak di tempat. Beliau sudah kembali ke Desa Jipurapah setelah sholat subuh berjama’ah tadi. So, how is it going to be?

Kami berdiskusi panjang dengan staf di TKP, aku dan mak memutuskan untuk menyusul Pak Kades ke Kantor Desa Jipurapah. Salah satu staf memberi kami denah acak-acakan di kertas, denah itulah satu-satunya penunjuk jalan kami, karena google maps pun tak mendeteksi lokasi tersebut. Melihat denanya saja, aku sudah ragu untuk tetap berangkat atau tidak. Jarak sekitar 3 kilo harus kami lewati berdua, hanya berdua! Girls only.

On the way Jipurapah

Di perjalanan, bukan jarak yang menjadi kendala, namun medan jalan yang kami temui. Malam sebelumnya memang turun hujan lebat, saat di kantor Kecamatan memang kami sudah diperingatkan untuk berangkat menjelang siang karena kondisi jalan yang masih licin and how surprise we are when know the truth! Lumpur gaes! Motor kami kembet!

mak hati-hati, mak ..

        Awal perjalanan kami terhibur oleh pemandangan yang masih terlihat hijau sawah dimana-mana dan keindahan sungai yang masih jernih. Ketegangan dimulai saat kami mulai melewati hutan, benar-benar hutan. Disisi kiri terlihat jurang tajam, disisi kanan, tebing menjulang tinggi. Pohon-pohon tinggi nan rimbun menambah redupnya cahaya matahari di hutan.  Aku gugup saat motor tiba-tiba terhenti, gelap, sunyi dan hanya kami berdua. Laa haula wa laa kuwwata illa billah..

Stoooong yam mak!

Ketegangan masih berlanjut saat kami sudah hampir sampai di Desa Jipurapah. Jembatan penghubung ke Desa Jipurapah sedang di renovasi, do you know what did we do ? Nyebrang sungai gaes! Kaline disebrangi mlaku, rek!

Nyabrang kali reks...

        Nafas kami tersenggal-senggal, allhamdulilah sampai di Desa Jipurapah dengan mandi keringat, gobyos. Dengan cepat kami segera menuju kantor Desa Jipurapah.

Dan, kejutaaaaaaaaaaaaannnn... do you know what is the surprise again?

BAPAK KADES SEDANG TIDAK DI KANTOR DESA! Pak Kades sedang menghadiri acara di Kecamatan Jombang.

Kaki capek kek udah mau copot, badan udah lemes banget, kepanasan dan dehidrasi. Berharap segera bertemu Pak Kades,meminta tanda tangan dan stempel kemudian pulang dengan hati riang gembira, ah belum kesampaian lagi.

Ada satu kejadian di Kantor Desa Jipurapah yang bikin jleb gitu, hehehe. Di desa tersebut, koneksi sinyal handphone sangat lah mustahil ada. Dari berbagai macam jenis operator yang 3G maupun 4G, insyaAlloh tetap saja tidak akan menemukan koneksi saat disana. Namun, bapak staf di kantor desa ini menggunakan telefon kotak berwarna hitam berukuran sedang. Entah disebut telefon atau apa, unik. Beliau menelfon Pak Kades dengan sinyal antena yang sudah terpasang di atasnya. Dengan sabar beliau mencoba menelfon berulang kali dengan sinyal yang putus-nyambung.

Disitulah aku mulai merasa malu dengan diri sendiri. Ditengah kecanggihan modern saat ini, masih banyak orang dipelosok sana yang belum bisa menikmati seperti kita. Sedangkan kita(terutama aku) sering sekali mengeluh dengan masalah-masalah kecil seperti sinyal yang lemot lah, sinyal trouble  dan berbagai macam keluhan yang tak sebanding dengan mereka. Kudu lebih belajar bersyukur!

Then, sinyal yang nihil di TKP membuat kami susah untuk menghubungi siapapun. Akhirnya kami kembali ke Megaluh untuk berdiskusi. Kami memutuskan untuk beristirahat di rumah Mada di daerah Megaluh (lumayan dekat dekan Plandaan). Kami tergeletak lemas, lelah dan lapar di rumah Mada. Benar-benar perjalanan yang WOW.

Dengan kondisi Pak Kades Jipurapah yang sedang di Jombang Kota, kami pun mudah untuk menghubungi beliau. Kami membuat janji untuk meminta tanda-tangan dan stempet dari beliau sore ini juga. Akhirnya, beliau pun menyetujui, namun cerita belum berhenti sampai disini. Kami harus menemui Pak Kades di kantor Desa Jipurapah setelah acara beliau rampung. So, we come back again to the jungle, hufeeeeeeettttt.

Pukul 15.00 sore, kami kembali melakukan perjalanan panjang melewati gunung lewati lembah yang sangat jauh di Jipurapah. Lagi, kami melewati tebing, jurang tajam, dan hutan yang semakin gelap, benar-benar gelap. Kondisi jalan pun masih sedikir berlumpur, ditambah gerimis yang mulai mengguyur. Allohumma sholli ala Muhammad...

Pejalanan kali ini bukan perjalanan biasa menurutku, karena ini bukan traveling ataupun piknik. Ini adalah perjuangan kami untuk kehidupan masyarakat di pelosok. Kami ingin masyarakat di pelosok dengan segala macam akses yang sulit, bisa mendapatkan kebutuhan yang sama terpenuhinya dengan masyarakat kota. Kami juga ingin menjadikan desa-desa di pelosok dengan keindahannya yang menawan nan asri menjadi SRIWEDARI, yang berarti taman surga.


So gaes, this is for SRIWEDARI only. SRIWEDARI is the name of our proprosal for join in PKM 2016. We want to help people around Jipurapah for selling their best agriculture product, that is chili from Jipurapah. We hope, it can help their life more easier for geting their needs, amin. 

Tuesday, November 8, 2016

“Man Shabara Zhafira – siapa yang bersabar akan beruntung”


            Ketika mata masih terbuka setiap pagi adalah hal pertama yang harus disyukuri. Mendengar adzan subuh, menghirup udara bersih belum tercampur polusi, melihat sinar matahari yang masih malu-malu untuk terbit, dan masih bersama keluarga yang selalu menyayangi. Allhamdulilah.

            Pagi adalah berkah. Do’a indah terlantun untuk menjadi pribadi lebih baik lagi dari hari-hari sebelumnya.  Berharap akan ada perubahan yang lebih baik yang dimulai di pagi hari. Harapan yang disertai semangat seiring terbitnya sang mentari. Berbaur bersama jadwal kegiatan yang sudah menanti. Baca bissmilah dan mari beraksi!

            Okeh, sedikit cerita saya setiap pagi. Dimulai sejak pertama kali adek Ima masuk sekolah tingkat PAUD, sekitar tiga tahun yang lalu. Ceritanya dek Ima ini nguji kesabaran banget pas pagi hari. Ibuk repot dengan segala macam kegiatan masak-memasak untuk sarapan, bapak repot bantu ibuk masak air pake kayu bakar (makhlum ibuk nggak tawar air isi ulang, hehehe), sedangkan si dek Nisa yang udah SMP repot sendiri dengan persiapan sekolahnya. So, saya lah yang “katanya” paling nganggur setiap pagi. Jam masuk kuliah pukul delapan, jadi lah saya dapet tugas urus keperluan dek Ima yang masih kelas dua MI terlebih dahulu.

            Awalnya enjoy lah ngurus mandi, nyiapin baju, makan, sampai nganter ke sekolah  dek Ima waktu PAUD dulu, masih unyu-unyu dan belum terlalu banyak tingkah. Setelah selesai mandi lalu bantu ganti baju, nyuapin makan, pasangin jilbab, bantu pakai kaos kaki dan sepatu, nganter sampe sekolah pamitan lalu cium tangan, “belajar yang rajin yaa, nurut Ibu Guru” *Udah kayak bunda-bunda muda nganter anaknya sekolah gitu, hehehe.

            Itu dulu loh ya, jaman purbakala ketika dek Ima masih unyu-unyu sekali (muaaaah). Beda ceritanya dengan jaman setelah kemerdekaan Indonesia Raya saat ini, dia super menyebalkan setiap pagi. Sebenarnya saya malas untuk menceritakannya, tapi blog sudah terlihat angker lagi, yaudah lanjut cerita lagi, hihihi.

Dek Ima yang dulu masih unyu-unyuu :*

            Sekarang adek udah super duper bandel banget, buangeeet wis. Dimulai dari susah sekali untuk bangun tidur. Dibangunin mulai pukul lima, bangunnya pukul enam lebih. Dari mulai ibuk belanja sampai sarapan siap, dia masih asyik molor (hoaaam). Lalu, mandi, udah telat bangun, mandi pun masih sempet nyanyi! Jadilah saya tidur lagi sampai ngiler-ngiler nungguin dia mandi (Arrrrggg).

Dek Ima yang sekarang yang super buandel.

Ketiga, ganti baju. Ada ajah alasannya waktu ganti baju, yang roknya kelonggaran lah, bajunya lecek lah, ikat pinggangnya kekencangan lah, dan beragam ‘lah’ ‘lah’ yang lainnya. Keempat, sarapan pagi. Adek itu lucu, suatu hari dia berkata “Mbak , aku suka sarapan lauk tumis kangkung gini, enak”,hari selanjutnya dia bisa mengubah perkataan seperti ini “Aku nggak mau makan, tumis kangkung pahit!” (lalu kemarin yang bilang suka tumis kangkung siapa? Yang amnesia dia atau saya sih?).

            Dan yang terakhir ini yang paling nguji kesabaran. Mandi, ganti baju, sarapan, pake jilbab, BERES.
“yuk berangkat dek.”
“loh, botol minumku mana, mbak?”
“oh, iya lupa. Mbak ambilin, bentar.”
Naruh botol minum di tas “sudah siap, yuk”
“loh, suruh bawa peralatan –jdsagdjhgbdhsbahdhuysadj- buat gambar, mbak.”
“kok nggak bilang dari kemarin sih, dek? Ah, udah siang nih. Yaudah mbak ambilin bentar.”
“udah nih. Yuk berangkat, telat loh,” Geram gemas.
“mbak, pensilku hilang kemarin. Nanti aku nulis pake apa?”
“Ya Alloh, adek. Yaudah wis nanti beli di jalan, ribet banget sih,” semakin gemassssssszz.
“enggeh,”jawabnya bete’ (seharusnya saya yang bete’ -_-).  “Eh, mbak. Kan belum...”
“Apaa lagiiiii??” gemaaaaaaaasssssszz parah.
“belum pamit Buk Pa (panggilan untuk ibuk), mbak,”
“yaudah pamit, deh cepet!”
           
            Baiklah, cerita kesibukan saya di pagi hari dari situ saja. Yang jelas, setiap pagi adalah latihan kesabaran untuk saya. Merawat anak kecil itu asyik, repot dan harus sabar. Terkadang, saya bisa sangat-sangat sabar, sering juga masih kurang sabar. Sedikit pelajaran saya untuk merawat anak kecil beberapa tahun lagi (ciyeee, jodoh ajah belom ketemu -_-) adalah, anak kecil itu manja dan masih belajar. Membantunya untuk memulai disetiap aktifitas akan membuatnya belajar mandiri, bukan sepenuhnya menyiapkan. Lama untuk saya, tapi baik untuk kepribadian si anak.

“Man Shabara Zhafira – siapa yang bersabar akan beruntung”. Semoga pelajaran sabar akan selalu saya dapatkan dari mana saja. Karena saya percaya, sabar itu dicintai Allah. Hamasah!


Tuesday, November 1, 2016

Write a Future in Unipdu


Unipdu, rumah baru untuk saya sejak tahun 2014. Berada di Unipdu bukan keinginan saya, tapi takdir yang membawa kemari. TakdirNya yang sangat indah dan penuh kejutan. Subbhanalloh.
Saya tersesat ke Unipdu. Tersesat kali ini beda dengan biasanya, tersesat kali ini istimewa. Jika biasanya tersesat terkesan dengan ketidakberuntungan, tapi tersesat saya malah membawa keberuntungan. Bagaimana tidak, saya berada di kampus insan penuh cinta, Unipdu tercinta (ciyee no endorse, hihihi). 
Setelah tersesat yang membawa keberuntungan ini, disitulah saya mulai menyimpan harapan besar untuk masa depan. Harapan untuk kehidupan setelah perjuangan panjang di bangku kuliah. Empat tahun yang akan saya lewati dengan kesabaran yang harus ekstra. Dengan iringan do’a ayah, ibu, keluarga dan sahabat yang selalu menemani. Semoga harapan-harapan itu bisa tercapai atas izinNya, insyaAlloh.
Dan kali ini saya tidak akan membahas mengenai harapan-harapan kedepan, biarlah harapan itu terselip indah dalam doa untukNya. Karena terlalu sia-sia jika hanya memikirkan harapan tanpa suatu action. Sekarang saya mau cakap dikit mengenai target sebelum lulus dari Unipdu:

1.      MEMPUNYAI BUKU TUNGGAL
Menulis itu tentang kerja keras,proses. Selama belajar di Unipdu, saya ingin sekali memaksimalkan waktu untuk mengasah keluwesan menulis. Sejalur dengan jurusan yang saya ambil, S1 Sastra Inggris, mata kuliah pun juga banyak terfokus pada menulis. Sebelum lulus nanti, saya berharap sudah mempunyai sebuah buku tunggal dimana buku tersebut akan menginspirasi banyak orang. InsyaAlloh.

2.      MENJADI PENGUSAHA
Pengusaha? Apa nggak salah? anak Sastra Inggris jadi pengusaha? Pengusaha apa ? Pasti ada kan diantara kalian yang sedang membaca mikirnya gitu? (Eh bukan maksud suudzon, hihihi). Jadi gini, dulu sewaktu SMK, saya diajarkan untuk menjadi seorang wirausaha. Selama tiga tahun belajar, pelajaran kewirausaaan tidak pernah absen dari jadwal. So, sampai saat ini pun saya masih semangat berwirausaha. Usaha kecil-kecilan seperti jualan tas, jilbab, jajanan anak-anak SD, dan yang terbaru yaitu saya ingin usaha sovernir pernikahan (no baper). Bukankah pengusaha yang sukses dimulai dari usaha kecil-kecilan yang sungguh-sungguh ? Bissmillah.

3.      LULUS TOEFL
Kalau curhat yang satu ini nih bisa bikin baper, LULUS TOEFL. Soal TOEFL itu, nggemesin, unyuk-unyuk pingin nyobek-nyobek kertasnya gitu, hihihi. Gemes banget kalau udah bahas soal TOEFL, njlimet. Saya berharap, di Unipdu ini dapat memaksimalkan belajar TOEFL untuk lanjutan studi kedepan nanti, insyaAllah.

4.      BERJUANG DI ORGANISASI
Menurut saya, organisasi itu tempat dimana seseorang berproses. Organisas apapun asal jelas;azaz,arah tujuannya, dan sesuai dengan prinsip hidup. Di organisasi lah saya belajar banyak hal, mengenai Islam, masyarakat, dan menjadi muslim negarawan. Sebelum atau setelah lulus, saya akan tetap berjuang di organisasi. Memperjuangkan agama Allah yang syumul, Islam. 

5.      MENJADI BAGIAN DI MASYARAKAT
Mahasiswa adalah Agent of Change, so untuk apakah kita menjadi mahasiswa jika tidak bermanfaat bagi masyarakat? Mulailah menyatu dan membaur di masyarakat, karena masyarakat membutuhkan kita dalam segala bidang. Saya ingin dapat terjun langsung ke masyarakat dan menjadi bagian dari perubahan masyarakat yang lebih baik. Saya ingin mempunyai perpustakaan kecil dirumah, setidaknya agar anak-anak di desa saya mempunyai kesibukan lain;membaca, selain bermain gadget.


6.      TERUS BERKARYA
Berkarya sesuai dengan hobi. Saya setuju sekali dengan pendapat tersebut, karena saya pun melakukanya. Passion/hobi saya menulis, maka sekarang atau nanti setelah lulus, saya akan terus menulis menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih dari tulisan amburadul saya saat ini. Saya juga suka dunia fotografi, saat ini saya masih memotret dengan kamera pinjaman, maka saya mulai menabung untuk membeli kamera sendiri untuk menghsilkan karya yang lebih. Travelling juga masuk daftar hoby saya. Ingin sekali Travelling bersama sahabat-sahabat saya, setidaknya sebelum lulus sudah eksplore keindahan alam di Jawa Timur.  Kemudian mengabadikan perjalanan kami dalam suatu foto dan tulisan.


The inspiration of : Mbak Ayu Azizah
Semoga bermanfaat J