Tuesday, November 15, 2016

TANDA TANGAN, HUTAN DAN SRIWEDARI


Cerita dimulai pada suatu pagi di sungai ujung barat kabupaten Jombang, Sungai Brantas Megaluh.

Sungai Brantas di pagi hari sudah ramai oleh transportasi kapal-kapal yang lalu lalang membawa penumpang. Mengantar penumpang dari ujung barat ke ujung timur, begitupun seterusnya hingga nanti sore. Penumpangnya pun beragam, dari siswa-siswi SMA/SMP, pedagang, pegawai dll.

Aku dan Mak Ninik (Mak) nambang (menyebrang) sungai Brantas pukul delapan pagi. Dengan biaya seribu rupiah saja, perahu bergerak cepat dari ujung timur ke barat. Kami menyebrang sungai kurang dari 5 menit.

Tujuan kami yang pertama adalah Kantor Kecamatan Plandaan Jombang. Jaraknya sekitar 1 kilo dari Megaluh Jombang. Kami ingin bertemu salah satu bapak kepala desa di Plandaan, Bapak Kades Jipurapah. Bulan April lalu, kami sudah bertemu beliau dalam rangka pengusulan Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), allhamdulilah disetujui pula. Dan kesempatan kali ini, kami ingin meminta tanda tangan serta stempel kantor Desa Jipurapah untuk kelengkapan proposal.

Pukul 08.30 kami tiba di Kantor Kecamatan Plandaan. Dengan penuh harap, kami ingin bertemu Pak Kades Jipurapah tanpa hambatan. Karena pada hari-hari sebelumnya, kami selalu gagal bertemu beliau. Disamping faktor kesibukan beliau yang padat, kami pun tak bisa membuat janji terlebih dahulu. Koneksi sinyal di daerah Jipurapah nihil, jadi sangat sulit bagi kami menelfon untuk membuat janji.

Sesampainya di kantor Kecamatan Plandaan, kami kebingungan, Pak Kades tidak di tempat. Beliau sudah kembali ke Desa Jipurapah setelah sholat subuh berjama’ah tadi. So, how is it going to be?

Kami berdiskusi panjang dengan staf di TKP, aku dan mak memutuskan untuk menyusul Pak Kades ke Kantor Desa Jipurapah. Salah satu staf memberi kami denah acak-acakan di kertas, denah itulah satu-satunya penunjuk jalan kami, karena google maps pun tak mendeteksi lokasi tersebut. Melihat denanya saja, aku sudah ragu untuk tetap berangkat atau tidak. Jarak sekitar 3 kilo harus kami lewati berdua, hanya berdua! Girls only.

On the way Jipurapah

Di perjalanan, bukan jarak yang menjadi kendala, namun medan jalan yang kami temui. Malam sebelumnya memang turun hujan lebat, saat di kantor Kecamatan memang kami sudah diperingatkan untuk berangkat menjelang siang karena kondisi jalan yang masih licin and how surprise we are when know the truth! Lumpur gaes! Motor kami kembet!

mak hati-hati, mak ..

        Awal perjalanan kami terhibur oleh pemandangan yang masih terlihat hijau sawah dimana-mana dan keindahan sungai yang masih jernih. Ketegangan dimulai saat kami mulai melewati hutan, benar-benar hutan. Disisi kiri terlihat jurang tajam, disisi kanan, tebing menjulang tinggi. Pohon-pohon tinggi nan rimbun menambah redupnya cahaya matahari di hutan.  Aku gugup saat motor tiba-tiba terhenti, gelap, sunyi dan hanya kami berdua. Laa haula wa laa kuwwata illa billah..

Stoooong yam mak!

Ketegangan masih berlanjut saat kami sudah hampir sampai di Desa Jipurapah. Jembatan penghubung ke Desa Jipurapah sedang di renovasi, do you know what did we do ? Nyebrang sungai gaes! Kaline disebrangi mlaku, rek!

Nyabrang kali reks...

        Nafas kami tersenggal-senggal, allhamdulilah sampai di Desa Jipurapah dengan mandi keringat, gobyos. Dengan cepat kami segera menuju kantor Desa Jipurapah.

Dan, kejutaaaaaaaaaaaaannnn... do you know what is the surprise again?

BAPAK KADES SEDANG TIDAK DI KANTOR DESA! Pak Kades sedang menghadiri acara di Kecamatan Jombang.

Kaki capek kek udah mau copot, badan udah lemes banget, kepanasan dan dehidrasi. Berharap segera bertemu Pak Kades,meminta tanda tangan dan stempel kemudian pulang dengan hati riang gembira, ah belum kesampaian lagi.

Ada satu kejadian di Kantor Desa Jipurapah yang bikin jleb gitu, hehehe. Di desa tersebut, koneksi sinyal handphone sangat lah mustahil ada. Dari berbagai macam jenis operator yang 3G maupun 4G, insyaAlloh tetap saja tidak akan menemukan koneksi saat disana. Namun, bapak staf di kantor desa ini menggunakan telefon kotak berwarna hitam berukuran sedang. Entah disebut telefon atau apa, unik. Beliau menelfon Pak Kades dengan sinyal antena yang sudah terpasang di atasnya. Dengan sabar beliau mencoba menelfon berulang kali dengan sinyal yang putus-nyambung.

Disitulah aku mulai merasa malu dengan diri sendiri. Ditengah kecanggihan modern saat ini, masih banyak orang dipelosok sana yang belum bisa menikmati seperti kita. Sedangkan kita(terutama aku) sering sekali mengeluh dengan masalah-masalah kecil seperti sinyal yang lemot lah, sinyal trouble  dan berbagai macam keluhan yang tak sebanding dengan mereka. Kudu lebih belajar bersyukur!

Then, sinyal yang nihil di TKP membuat kami susah untuk menghubungi siapapun. Akhirnya kami kembali ke Megaluh untuk berdiskusi. Kami memutuskan untuk beristirahat di rumah Mada di daerah Megaluh (lumayan dekat dekan Plandaan). Kami tergeletak lemas, lelah dan lapar di rumah Mada. Benar-benar perjalanan yang WOW.

Dengan kondisi Pak Kades Jipurapah yang sedang di Jombang Kota, kami pun mudah untuk menghubungi beliau. Kami membuat janji untuk meminta tanda-tangan dan stempet dari beliau sore ini juga. Akhirnya, beliau pun menyetujui, namun cerita belum berhenti sampai disini. Kami harus menemui Pak Kades di kantor Desa Jipurapah setelah acara beliau rampung. So, we come back again to the jungle, hufeeeeeeettttt.

Pukul 15.00 sore, kami kembali melakukan perjalanan panjang melewati gunung lewati lembah yang sangat jauh di Jipurapah. Lagi, kami melewati tebing, jurang tajam, dan hutan yang semakin gelap, benar-benar gelap. Kondisi jalan pun masih sedikir berlumpur, ditambah gerimis yang mulai mengguyur. Allohumma sholli ala Muhammad...

Pejalanan kali ini bukan perjalanan biasa menurutku, karena ini bukan traveling ataupun piknik. Ini adalah perjuangan kami untuk kehidupan masyarakat di pelosok. Kami ingin masyarakat di pelosok dengan segala macam akses yang sulit, bisa mendapatkan kebutuhan yang sama terpenuhinya dengan masyarakat kota. Kami juga ingin menjadikan desa-desa di pelosok dengan keindahannya yang menawan nan asri menjadi SRIWEDARI, yang berarti taman surga.


So gaes, this is for SRIWEDARI only. SRIWEDARI is the name of our proprosal for join in PKM 2016. We want to help people around Jipurapah for selling their best agriculture product, that is chili from Jipurapah. We hope, it can help their life more easier for geting their needs, amin. 

No comments:

Post a Comment