Friday, October 28, 2016

Because of Horoscope


“Are you not going to school?” Ask mother to Sauki in the bedroom.
“No,mom. I’m not going to school right now, because my horoscope said that I will get a bad moment in outside today, so I don’t want to go to school right now,” Sauki’s answer sleepy.
“You may not belived horoscope, baby. It’s not true. Islam doesn’t allow to belived it.”
“But.. Mom...,” He stops speaking suddenly.
“No, Sauky. You have to go to school right now!” Mother’s command with leave Sauky in the bedroom. Willy nilly, Sauky prepares himself to go to school.
            On the way, Sauky goes to school with a afraid face. He is afraid, will get a bad moment on the way or maybe in the school next time. He has thought a negative thinking as like have a bad mathematics score from test yesterday, fall from bicycle, get teacher’s angry and ect. He isn’t comfortable with this situation.
            After the first lesson, Ramadhan as the leader in six’s grade class, says Mr.Faqih’s message to Sauky. Mr.Faqih asks Sauky to meet him after the first lesson.
“Wait, Sauky wait me!” Call Ramadhan loudly in the canteen.
“Yes, what’s wrong, Ramadhan?” Ask Sauky surprised.
“Mmmm... Mr.Faqih wants to meet you, he waiting you right now in the office, Let’s meet him now.”
“Aa.. what? Mr.Faqih wants to meet me,right? What happen?” Ask Sauky afraid.
“I don’t know more about that, main point you have to meet him now. It’s not good to make a teacher waiting.”
            Sauky is confuse, afraid and don’t what he has to do. He still in the canteen with many assumption. He is afraid get a bad moment today as like horoscope that he read yesterday. He afraid if Mr.Faqih will be angry because his bad matemathics test score yesterday, or maybe Mr.Faqih will be angry because his another mistakes? Oh no! Is horoscope yesterday true?
            Sauky decides to lie. He lies to Ramadhan that he is stomachache. So, Ramadhan says sorry to Mr.Faqih because his friend, Sauky can’t meet him.
“Oh oke, it doesn’t matter, Ramadhan. I can understand it,” Mr.Faqih’s answer.
“Yes, sir. I’m sorry one more time for this. Is there a message to Sauky, sir?
“Oh yeah, I just wanna say congratulation to him, because he got a best score in the mathematics test yesterday, but he can’t meet me so please tell him about this.”
“Oh, yes sir. InsyaAllah I will tell him about this good information.”
“Yeah, thank you, Ramadhan.”
“You’re wellcome sir.”
            In the class, Ramadhan comes to Sauky. Ramadhan tells all the message from Mr.Faqih to Sauky. Suddenly, Sauky’s face is sad. He regrets of lie to Ramadhan and Mr.Faqih.
“Ramadhan, I wanna be honest with you, Actually I’m not getting stomachache, I just lie because I don’t want meet Mr.Faqih,” Sauky speaks sadly.
“But, why ? Why don’t you want to meet Mr.Faqih?”
“Because, yesterday my horoscope said that I will get a bad moment today, and I think that bad moment is coming from Mr.Faqih, I will get a bad mathematics test score.”
“What? Are you belive horoscope, Sauky? Oh no...” Ramadhan’s answer surprised.
“Yes, Ramadhan. I like to read horoscope, and now I know that it’s not true, I regret.”
“Yeah, Allhamdulilah, now you know the truth. You know that, Islam forbid moeslim belive horoscope, anything about horoscope. No one in this world know about future, no one! Only Allah knows!”
“Yes, Ramadhan. My mother said that too last time, but I don’t belive. So, I regret, but what I have to do now, Ramadhan?”
“You must apologize to Mr.Faqih now. Tell him about your mistakes, and promise to your self, you will not belive in horoscope again.”
“Okay, I will go to meet Mr.Faqih now. InsyaAllah, I promise, I will not belive in horoscope again.”
“Allhamdulilah.”
            Sauky goes to office to meet Mr.Faqih. He feel better than before. He is ready to receive anything that Mr.Faqih speaks. Now, he belives that everything happen is best things from Allah.

Tuesday, October 25, 2016

FLP dan Hijrahku


     Tepat enam bulan yang lalu, saya mengenalnya. Saya mulai mendekati, mengulik sedikit cerita tentangnya. Semakin hari, semakin kepo. Ingin segera berkenalan dan belajar bersamanya. Banyak cerita menarik tentangnya. Kegigihan, semangat, visi misi, dan  karya-karya fenomenalnya. Saya semakin tertarik, sangat. Sepertinya, saya mulai jatuh cinta padanya. Iya, saya jatuh cinta pada FLP (Forum Lingkar Pena).
FLP Jombang menjadi titik awal dimana saya mulai berhijrah. Saya mulai mantab memilih yang hak dan meninggalkan yang bathil. FLP menjadi alarm yang membangunkan saya dari mimpi-mimpi semu dunia. FLP tak hanya mengajarkan dunia tulis menulis, namun juga agama. FLP bukan sekedar forum biasa, karena karya-karyanya pun bukan karya biasa. Karya FLP selalu memberikan arti yang dalam bagi para pembaca, sama seperti slogan FLP, “Berbakti, Berkarya, Berarti”. Dan saya memilih pena sebagai jalan dakwah, karena saya ingin berbagi dan berarti dengan tulisan-tulisan saya.
            Acara pertama FLP yang saya ikuti yaitu, Talk show kepenulisan oleh FLP Jombang bersama penulis terkenal Habiburrahman El Shirazy atau lebih akrab disapa Kang Abik. Saat itu, saya mendapatkan tiket gratis acara tersebut dari dosen kampus saya, his name is Mr Nurdin. Beliau sangat mendukung mahasiswa-mahasiswanya yang tertarik dalam bidang kepenulisan. Tak heran beliau sering memberikan reward kepada mahasiswa yang aktif menulis, dan allhamdulilah kali ini saya mendapatkannya.
            Agenda kelas menulis FLP Jombang diadakan rutin seminggu sekali. Saya kembali dipertemukan dengan Ibu Guru paling keren di SMK saya dulu. Bunda Umi, begitu saya memanggilnya. Bunda Umi menjabat sebagai ketua FLP Cabang Jombang, bukan hanya sebagai ketua tapi juga motivator. Beliau mengenalkan saya pada forum keren ini. Tak hanya membimbing kelas menulis, beliaupun selalu memberi semangat dan motivasi dengan pembawaannya yang santai dan sedikit jail. Menyenangkan.
Kegiatan kelas menulis menjadi semakin seru, karena sahabat-sahabat saya pun mengikuti. Kami mempunyai ketertarikan yang sama pada dunia menulis, sehingga saat saya mengajak mereka untuk mengikuti kelas menulis FLP, semangatnya tak kalah dengan saya. Kami berlima biasanya disebut dengan genk Monster, rakus buku juga makanan, hehehe.
Sudah hampir sebulan berjalan bersama FLP Jombang, banyak sekali hal baru yang saya pelajari. Mau nggak mau, menulis menjadi kegiatan rutin setiap minggunya. Membaca menjadi lebih menarik karena stok buku di perpustakaan Monster Pintar yang sangat banyak dan up to date. Teman-teman baru juga mewarnai cerita saya di FLP Jombang. Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari guru,bidan,pelajar SMA,hingga komikus. Keren.
Empat bulan bergabung di FLP, saya sudah terbiasa dengan acara pembantaian(bedah) naskah oleh teman-teman dan bunda. Setalah berhari-hari menulis panjang lebar, dan tiba-tiba naskah dibantai dalam waktu kurang dari setengah jam, wow sekali, hehehe. Namun, acara pembantaian naskah menjadi menyenangkan karena solusi pun diberikan. Kami tidak hanya mengkritik, tapi juga memberi saran dalam memperbaiki naskah yang dirasa kurang cocok.
Bulan kelima bersama FLP menjadi satu cerita baru untuk saya. Acara Silatwil FLP JATIM digelar di Lumajang! Asyik. Saya dengan dua anggota FLP Jombang, yakni Mada dan Zaki mengikuti acara silatwil tersebut. Kami berangkat dengan antusias dari Jombang menuju Lumajang sehari sebelum acara dimulai. Disana kami bertemu dengan anggota FLP se Jawa Timur yang keren-keren banget. Mereka berasal dari berbagai daerah, antara lain Malang, Kediri, Banyuanyar, Pamekasan, Blitar, Surabaya dsb. Lebih serunya lagi, kami bertemu dengan Ketua FLP Pusat, Bunda Sinta Yudisia. Mantab.
            Terakhir, saya merasa beruntung menjadi bagian dari FLP. FLP mengajarkan saya hidup yang sebenarnya, hidup yang memberikan arti bagi orang lain. Hidup dengan meninggalkan jejak-jejak kebaikan yang akan selalu dikenang, jejak dakwah pena.




Bedah naskah oleh FLP Jombang


Silatwil FLP JATIM di Lumajang


foto bersama Bunda Sinta Yudisia


Tuesday, October 11, 2016

Leadership Training

All peserta, instrukur dan panitia DM1 KAMMI Jombang.

Pagi ini, hujan gerimis masih mengguyur kota Jombang. Rintik-rintik hujan pun tak menggugurkan semangat para pelajar yang berangkat sekolah dengan seragam coklat, pramuka. Yeah, sabtu yang sudah diitunggu-tunggu, leadership training, daurah marhalah 1 KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiwa Muslim Indonesia) Jombang.

Seperti pemberitahuan dari ukhti-ukhti sebelumnya, semua peserta Daurah Marhalah 1 (DM1), hari ini berkumpul di masjid Jami’ kota Jombang pukul 07.00 pagi. Dan allhamdulilah, sedikit pidato ibu pagi ini membuatku datang tepat waktu hehe. Tepat pukul 07.00 aku sudah tiba di masjid jami’ dengan ransel warna pink yang isi yang cukup berat. Beberapa perlengkapan untuk kegiatan dua hari.
DM1 kali ini bertempat di desa Pojokkulon, kesamben Jombang. Tempatnya yang lumayan jauh dari kota, dan melewati lika-liku gang perkampungan yang membingungkan, membuat beberapa dari rombongan kami terpisah. Ada yang kesasar ke desa lain, ada pula yang kesasar sampai jembatan ploso, waw.
Sebelum berangkat, di depan Masjid Jami' Jombang

Hari ini materi dibuka dengan materi “Syahadatain” oleh instruktur dari Kediri(maaf gak tau namanya wkwk). Ukhti jilbab kuning kunyit dengan pembawaan yang kalem dan serius ini membuka materi DM1 dengan sangat clear. Mulai dari sub bab Syalimul aqidah hingga aksiologi syahdatain terpapar jelas. Kesimpulanku dari materi pertama ini adalah, semakin kita memahami syahadatain, semakin kita bisa merubah diri untuk lebih dekat dengan Allah.

Materi kedua, masih di hari pertama DM 1, yakni materi tentang “Syumuliyatul Islam” atau Islam secara menyeluruh. Masih disampaikan oleh ukhti jilbab kuning kunyit dari Kediri. Bahasan mulai berat nih, fokus semakin dipertajam hehe. Dikutip dari Hasan Al Banna “Islam adalah suatu sistem menyeluruh dan mengandung semua aspek kehidupan.”

Saat materi hihihi
Setelah ishoma, kami para peserta kembali ke aula dan lanjut ke materi ketiga, yaitu tentang “Problematika Umat”. Materi dimulai dengan pembacaan Puisi karya Gus Mus berjudul “ Kau ini bagaimana, atau aku harus bagaimana” oleh instruktur dari Malang (yang jelas saya juga lupa namanya hehhe). Berikut ini kutipan puisinya:

“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”

Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir


Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain

Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah

Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab

Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku

Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu

Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis

Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja

Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku

Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-

Menurutku, ini puisi memang keren banget. Maknanya itu sangat dalam dan tajam akan sindiran. Cocok banget ini buat pecinta sastra hehe. Setelah si instruktur membacakan puisi tersebut, diajukannya berbagai pertanyaan yang membuat kepala kami,para peserta DM1 berdenyut-denyut. Dengan problematika sebanyak itu, peran kami sebagai mahasiwa dipertanyakan. Apa yang sudah kami perbuat ? apa kontribusi kami selama ini ? atau sudahkah kami berdo’a untuk Indonesia selama ini ? Aaaahh aku lemas, diam tanpa kata.

Malam hari, kami kembali dengan materi selanjutnya, materi ke empat. Kalau ini aku kenal instrukturnya hehhe. Beliau gak kalah keren dengan pemateri sebelumnya, namanya ukhti Melani dari Malang. Beliau  memaparkan materi “Islam Pemuda dan Perubahan Sosial”.  Materi selama 2 jam disampaikannya dengan interaksi yang sangat asyik. Gak ada itu ngantuk ataupun capek pas dengerin materinya. Selain memberi pertanyaan yang cukup rumit, beliau pun sangat ramah kepada setiap peserta. Aku suka sekali dengan pembawaannya, ingin sekali belajar lebih lama lagi dengan beliau. Semoga ada kesempatan untuk itu. Amin.

Hari ini pun ditutup dengan diskusi kecil dengan permasalahan yang sering kami jumpai, walau sudah lelah, tapi kami tetap berdiskusi dengan aktif. Kami diminta untuk memilih satu masalah kecil yang sering kami djumpai, entah dikampus, disekitar lingkungan, ataupun saat berkendara di jalan. Setelah memilih satu masalah, kami diminta berfikir untuk mencari beberapa solusi penyelesaian. Kelompokku kali ini memilih tema “Pacaran”, topik yang tak pernah lepas dari dunia anak muda. Kelompok kami memaparkan apa yang telah didiskusikan, dan pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lainya bermunculan. Ada yang kurang setuju dengan hasil diskusi kami, ada pula yang memeberi masukan dan komentar. Diskusi berjalan lancat dan seru. Hingga si instruktur menghentikan diskusi kami.


Hari kedua DM1. Pagi buta diawali dengan qiyamul lail dan sholat subuh, lalu kami bergegas untuk outbond dan senam pagi. Setelah bersih-bersih pagi, materi ke lima dilanjut, kali ini tentang “Ke-KAMMI-an”. Ini materi paling seru menurutku, semua pertanyaan yang selama ini belum terjawab mengenai KAMMI, terjawab sudah dimateri kali ini. Materi ini dibawakan oleh Bapak Rijal dari Malang (InsyaAlloh kalau ane gak salah dan lupa hehe). Selain materi, beliau pun menunjukan beberapa video mengenai KAMMI. Melalui materi ini kami para peserta semakin yakin untuk bergabung dengan KAMMI, semangaaat.

Terakhir, materi penutup dibawakan oleh ukhti Karina dari Surabaya. Aku ingat betul semangat-semangat yang beliau berikan ke kami. Transfer energi positif beliau kepada kami sangat luar biasa. Di akhir materi beliau menyampaikan satu pesan, “Jangan takut untuk melakukan hal kecil, karena hal kecil itu biasanya mempunya efek yang sangat besar, seperti butterfly effect”. 

Singkat cerita, butterfly effect atau efek kupu-kupu adalah teori yang pertama kali diperkenalkan oleh Edward Norton Lorenz sekitar tahun 1962. Teori ini juga merujuk pada chaos theory bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara brazil secara teoritis dapat menyebabkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Pingin tau lengkapnya? Goongling sendiri hehehe.

Materi ditutup dengan kesimpulan oleh salah satu instruktur. Kami membuat kesimpulan materi dari awal hingga akhir. Setiap peserta memiliki kesimpulan masing-masing, namun satu kesimpulan kami yang sama, yakni, tak ada keraguan di diri kami untuk bergabung dengan KAMMI.


Acara ditutup dengan pengukuhan dan foto bersama *Yeeee. Allhamdulilah, acara leadership training kali ini, banyak sekali hal-hal dan ilmu baru yang diperoleh. Semua membuat clear beberapa pemikiran yang masih kesana-kemari gak jelas. Dengan acara kali ini, kami para anggota baru memiliki tugas yang lebih berat lagi. Kami harus memulai perubahan yang lebih baik lagi, untuk diri sendiri, lingkungan sekitar, orang tua, agama, dan negara. Bismillah.



Thursday, October 6, 2016

Semester Menulis (Challege 1 : 4 cerita anak dalam 1 minggu)


                Semakin bertambah semester, semakin sedikit juga mata kuliah yang diambil, kata para senior sih gitu. Memang, semester 5 ini, aku mendapat jatah libur/free selama 3 hari, mulai dari hari jum’at, sabtu dan ahad. Asyik sih dengan weekend saat ini, bisa santai-santai dari pagi sampe malam nongkrongin televisi, eh maksutnya bisa ngerjain tugas dengan santai gitu hehehe.

                Libur sih nambah, tapi jangan dikira tugas berkurang. Tugasku malah menjadi-jadi. Tugas mulai minta yang aneh-aneh, bikin proposal lah, wawancara, research, translate, sampai menulis. Semua tugas antimainstream, mulai dari referensi bukunya, judul tugasnya, sampai deadlinenya, arrrrrrrrrrgggghhh, sama saja dengan libur palsu!

                Judul mata kuliah semester ini pun mulai rumit. Gak bisa di singkat gaeesss. Kalau semeter sebelumnya, judul mata kuliah mungkin masih simple, seperti writing, reading, speaking, SKI, sosiolinguistic(sosio), Public speaking (PB) dan lain-lainya. Lah semester ini?? Panjang-panjang judul mata kuliahnya! Bacanya pun kudu lengkap, tanpa singkatan. Sebut saja study of poetry, study of drama, study of prose,research methodology, translation for ESP,  dan teknik penulisan buku. Yaa gak mungkin banget kan study of poetry disingkat SOP, nanti dikira makanan lagi.

                Setelah introducing setiap mata kuliah semester 5 ini, aku menyimpulkan, sebenarnya semester 5 adalah semester menulis. Semua mata kuliah akan berujung pada menulis. Entah menulis berita, cerita fiksi/non fiksi, puisi, prosa, sampai menulis terjemahan suatu teks atau buku.

                Tantangan menulis pertama minggu ini datang dari mata kuliah “Teknik Penulisan Buku”. Setelah introducing mata kuliah, dosen langsung memberi tantangan menulis 4 buah cerita anak dalam waktu seminggu. Dan kalian tahu, setiap cerita hanya diberi keluasan bercerita dalam 1 lembar kertar F4 dengan pengenalan cerita, isi , penutup hingga pesan moral. Arrrrrrggghhhhhh bagaimana aku bisa memperkecil suatu cerita dalam satu lembar kertas? *amnesia dulu deh, siapa aku? Dimana aku? -_-

                Dan lagi, aku tidak pernah menulis cerita anak sebelumnya. Suka baca sih majalah adik, tapi untuk menulisnya, belum pernah. Kelas menulis FLP Jombang pun jadi mentor paling asyik (ciyee promo dikit hahaha). Jadi, pertemuan kelas menulis rabu kemarin, aku dan para monster meminta bimbingan bunda Umi untuk tugas kali ini. Bunda meminta kami untuk membaca beberapa majalah dan buku cerita anak. Setelah membaca, kami mulai menulis.

                Pertama, memilih topik cerita. Berulang kali memilih topik, tapi rombak lagi, rombak lagi! Sebuah cerita harus padu dan logis. Sering kali cerita yang sudah kutulis dirubah total karena tidak logis.

                Menulis paragraf pembuka saja sampai satu jam. Kalian tau, susah banget nulis cerita anak yang pesan moralnya ngena’ dengan cara-cara sederhana dan menyenangkan. Ditambah batasan cerita yang mengharuskan rampung dalam satu lembar. Kalau kata Syahrini, ini mah SESUATU HUHUUHUUUU.

                Berat sih ini tugas, tapi mau gak mau wajib lah rampung selasa depan. Namanya juga belajar, pasti lah harus berdarah-darah dulu (lebay aah!). Allhamdulilah, dua cerita anak sudah rampung, kurang dua lagi huhuhu. Udah dulu deh yaa, mau lanjut ngayal jadi anak-anak lagi, byeeeeeeee :v

AKU MULAI MEMIKIRKANMU.


Kau tau kan, setiap pertemuan tidak sengaja kita, selalu menjadi topik tulisanku. Hampir setiap judul tulisan di blogku masih berkaitan denganmu. Aku menulisnya, membacanya berulang-ulang. Terkadang aku tertawa geli ketika membacanya, bagaimana bisa aku menulis tentang dirimu dengan bahasa yang mendayu-dayu dan sedikit romantis. Seperti cerita cinta sajaa.

Kali ini aku akan menulis lagi, sembari mencari topik, aku mampir sebentar ke sosial media. Aku blank, statusmu berada di list paling atas. Sekarang,aku sudah dapat topik, giliran nama tokoh. Jariku terus mengetik, dan tiba-tiba berhenti ketika aku sadar bahwa nama tokoh dalam tulisanku itu adalah kamu. Selalu kamu! Kamu lagi, dan kamu lagi ?

 Bagaimana aku bisa terus berfikir tentangmu? Apa yang terjadi padaku ? Sampai saat ini pun, kita tidaklah akrab, hanya sebatas tau nama dan asal kampus masing-masing. Apalagi bertemu untuk mengobrol, akupun tak pernah berfikir untuk itu. Ayoolah tolong aku, kenapa aku mulai memikirkanmu ?

Jika pepatah Jawa mengatakan, “Tresno jalaran soko kulino – Cinta ada karena sebuah kebiasaan”, kurasa kitapun tak begitu. Untuk saat ini, kita semakin jarang bertemu, entah ditempat itu, atau di tempat lain. Mungkin sekarang ada versi baru dari pepatah tersebut, “Cinta ada karena sebuah inspirasi”. Looh, tapi kok cinta ? apa aku jatuh cinta? Aaaaaaah tidak mungkin.

Jika memang aku jatuh cinta padamu, pasti jantungku akan berdebar-debar saat bertemu, nyatanya tidak seperti itu, hanya saja, aku malu saat berjumpa. Kedua, kalau aku jatuh cinta padamu, pasti aku akan mempercantik diri untuk menarik perhatianmu, nyatanya aku tetap seperti biasa, dengan wajah kusam, berminyak dan perut gendutku, hanya saja aku semakin menjaga sikap di depanmu.

Malu dan menjaga sikap ? untuk apa aku seperti itu? Aaaaahhh semakin rumit. Aku belum siap untuk jatuh cinta. Cintaku belum pantas untuk bermuara di hatimu. Aku masih belajar memperbaiki diri yang masih labil ini. Untuk ibadah saja belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. orang tua , juga belum aku berikan kebahagiaan. Apalagi study ku, nilai IPK saja masih mepet. Bagaimana bisa berurusan dengan cinta?

Aku bimbang, risau. Aku mengadu padaNya, bertanya, apakah pantas aku mencintai makhlukNya yang selalu memenuhi fikiranku akhir-akhir ini? Pantaskah aku? Dan pantaskah cinta ini ada?

Kuadukan semua padaNya, Sang pemilik cinta yang sesungguhnya. Aku tak berpihak pada persaaan, hanya mencoba ikhlas dengan keputusanNya. Dengan berani, aku berkata pada diriku.

“Tetaplah pada kebahagiaanmu saat ini, bukan berarti kau boleh terus memikirkannya, hanya saja tetaplah ceria dengan inspirasi darinya. Biarkanlah cinta ini sementara membisu,hingga waktu menunjukan kapa ia boleh bicaram sekarang cukup kau tuliskan dalam coretanmu. Dan tetaplah menjaga pandangan cintamu, jadikan Allah sandaran selalu tanpa kau menduakan cintaNya yang penuh cinta.”

Wednesday, October 5, 2016

MAAF, AKU SEMAKIN SERING MELIHATMU.


Sengaja atau tidak, semenjak aku bertemu denganmu, ada saja jalan yang selalu mempertemukan kita. Tak terduga, aku selalu berada di satu lingkup denganmu. Senang atau tidak, aku tak bisa mengatakannya. Hanya saja aku semakin banyak belajar darimu.

Kau tau, karena keadaan ini, aku lebih sering melihatmu. Tetap dengan gaya andalanku, memperhatikanmu dari jauh dan tersenyum kecil sendiri. Kau masih sama, berlari-lari kecil dengan teman-temanku. Aku masih suka melihat kegiatan itu. Kau terlihat sabar, telaten, dan tetap dengan gaya anteng mu.

Kita tak pernah saling bertegur sapa, apalagi untuk saling bicara. Kamu dengan pekerjaanmu, pun aku dengan intip-intip kecilku padamu. Aku terkadang marah, mengapa mata ini sungguh bandel dan tak mau berhenti untuk tak melihatmu. Padahal kau masih sama seperti kemarin. Namun satu yang aku dapat ketika melihatmu, sebuah inspirasi. Jika sehari aku bisa melihatmu hingga 3 kali, maka 3 inspirasi pula yang kudapat. Aku menulisnya dengan gelitik-gelitik kecil.

Seperti kemarin saat kita berada di satu acara seminar. Aku datang terlambat, kamu tau dan tetap diam. Sebenarnya aku malu, tapi biarlah kamu tau bagaimana aku sebenarnya yang tidak bisa menjaga disiplin. Beda denganmu, jika kuperhatikan, kamu amat sangat disiplin. Kamu bisa mengatur kegiatanmu yang amat sangat padat. Keterlambatanku kemarin seperti mendapat nilai ulangan nol, sangat memalukan. Tapi disitulah aku belajar, aku tak mau merasa malu lagi karena terlambat. Sekarang aku masih belajar, masih terlambat tapi  setidaknya tak separah dulu *Eh.

Maaf, aku semakin sering melihatmu. Tapi percayalah, aku tak punya maksud lain. Aku melihatmu untuk belajar. Kamu seperti guru, mengajariku ilmu pengetahuan baru tanpa adanya percakapan/pertemuan. Kamu pun seperti kopi, membuatku melek dengan tujuan hidupku. Kau bisa juga seperti madu, manis dan memberi manfaat bagi setiap orang. Aahhh, seperti apapun kamu, beruntungnya diriku dan orang lain yang bisa belajar darimu.

Oh yaa, coretan ini cuma sebagian inspirasi saat aku melihatmu. Aku hanya ingin berbagi inspirasi ini kepada orang lain. Jika kamu bisa menginspirasiku yang tak pernah mengenalmu dekat, mungkin kau juga bisa mengispirasi orang jauh disana yang sama sekali tak pernah  bertemu dan tak tau sama sekali tentangmu, hanya tau dirimu lewat tulisanku. Semoga. 

Tuesday, October 4, 2016

BERTEMU DENGANMU


Pagi dimulai dengan agenda kuliah seperti biasa. Namun sebelumnya, dibuka dengan segalah kegopohan yang tak bisa terhindar. Mulai dari antri mandi, padu-padan baju, pasang-copot jilbab sampe nemu yang paling kece sama baju, sampe sarapan pagi yang molor gara-gara nongkrongin tontonan di TV. Belum lagi dengan agenda beli masker di Apotik dan bensin di SPBU,arrrrrrrggggggg luama. Menambah jam telatku.

Aku berangkat, lalu mampir ke suatu tempat. Tempat itu penuh dengan keceriaan. Aku suka, dan betah. Disana aku tertawa lepas dengan teman-teman. Aku akrab sekali dengan mereka, sebagian dari mereka sudah seperti adiku sendiri. Tak hanya teman, mereka juga inspirasi. Inspirasi hidup.
Disana, aku bertemu denganmu. Kamu yang tak sengaja melihatku dari kejauhan, begitupun aku. Kau dengan kesibukanmu. Berlari-lari kecil dengan teman-temanku. Aku tersenyum dan masih melihatmu.  Kau mungkin sudah asyik dengan kegiatanmu, tapi aku masih memperhatikanmu diam-diam.

Dari situlah, aku mulai tau siapa dirimu. Diam-diam aku bertanya pada teman-temanku yang sekaligus temanmu. Aku iseng sering mondar-mondir ke tempat itu, hanya untuk mengetahui kegiatanmu. Sosial media pun tak ketinggalan mengenalkanku padamu. Aku berteman di salah satu sosial mediamu. Disitulah kubaca setiap coretan kecimu. Unik, menarik dan penuh dengan pesan dakwah khasmu. Aku kagum, semakin kagum.

            Berjumpa denganmu selalu menjadi topik coretan singkat di blog. Aku menuliskan segala inspirasi yang kulihat dari dirimu. Kesabaran, kerja keras, semangat, ibadah, dan pesan dakwahmu tak kan habis kutuliskan dalam setiap judul pena blog. Kamu seperti energi positif bagi setiap orang disekitar. Kamu keren, hebat.

            Aku, juga termasuk salah satu orang yang tak sengaja kau beri energi positif itu. Aku lebih memahami diri sendiri setelah mengenalmu. Jati diri yang selala ini kucari, aku menemukannya. Melalui tulisanmu, aku mantab memilih yang haq dan meninggalkan yang bathil. Bukan karenamu, tapi karena Allah Azawajjala. Kau hanya perantara Allah untuk menunjukan kebenaran padaku. Dengan cara dakwahmu yang cerdas tanpa menyakiti siapapun.


            Sekali lagi, aku suka memperhatikanmu dari jauh. Melihatmu diam-diam lalu tersenyum kecil. Kita mungkin sering bertemu, namun belum terlalu mengenal satu sama lain. Aku hanya kagum pada kepribadianmu, bukan yang lain. Mungkin iyaa aku sering melihatmu, tapi pandangan itu masih kujaga. Aku tak ingin merusak ke istiqomahan kita masing-masing. Dan biarlah rasa kagumku ini tetap membisu, karena dengan atau tanpa kau mendengarnya, kau tetap menginspirasi.