Wednesday, December 20, 2017

Perjalanan


Melangkah, satu dua tiga
Melangkah ke satu jalan kebenaran
Pada satu pijakan yang teguh
Di jalan para pejuang

Mimpi ini tentang pertemuan
Pertemuan terindah dengan Dzat Maha Kuasa
Dzat tunggal penguasa seluruh alam
Yang selalu di puja di setiap sudut waktu

Perjalanan singkat di bumi-Nya yang maha luas
Sebagai khalifah bagi diri lemah ini
Berbagi manfaat pada ummat
Menyebar kebenaran-Nya yang sempurna

Singkat cerita kehidupan ini
Bersenang-senang pun tak seharusnya berlebihan
Karena waktu terus mendekatkan pada satu jalan
Satu jalan cinta yang sunyi, mati.



Jombang, 08 Nopember 2017

Monday, December 18, 2017

Angin Candu Beraroma Rindu


Kali ini tentang angin
Yang mengibas khimar panjangku dengan lembut
Tak terlalu kencang pun pelan
Anginya pas menerpa wajah

Selanjutnya tentang candu
Candu mengingat senyum tak biasamu
Candu oleh suara merdumu
Candu mengingat semua tentangmu

Dan yang terakhir tentang rindu
Rangkaian huruf yang bermakna ambigu
Secuil kata dengan berjuta makna
Namun tetap tertuju pada satu nama, kamu

Tentang sebuah rangkaian kata
Angin candu beraroma rindu
Ketika kamu terlintas dalam pikiran
Jauh disana, dekat di hati

Angin candu beraroma rindu
Kamu yang bertempat di hati
Bersemayam di pikiran
Dan tercermin dalam tindakanku


Kamu, angin candu beraroma rindu itu
Bagiku, sulit menghilangkan aroma itu
Sulit menbuang candu tentangmu
Apalagi membuang rindu kepada kamu



Jombang, 10 November 2017

Di Sudut Jendela Kereta


Bertemu lagi dengan anda
Pemilik suara merdu nan syahdu
Terlantun indah syair indah sepanjang masa
Kalam-Nya dalam satu buku suci yang indah dan sempurna

Dan lagi, senja ada diantara kita
Senja yang sama saat kita pertama jumpa
Di satu gerbong kereta yang entah membawa kita pergi kemana
Yang pasti ke satu tempat yang baru bagi kita

Di satu sudut jendela kereta
Masih kau lantunkan kalam-Nya dengan indah
Tanpa sengaja aku terus mendengarkanya
Meresapi setiap maknanya dalam hati

Di satu sudut jendela kereta
Anda menjadi fokus utama saya
Anda menjadi satu sub bab cerita menarik bagi saya
Sama seperti dulu, saat pertama bertemu

Di satu sudut jendela kereta
Saya berdo’a pada-Nya
Jika kita akan dipertemukan lagi kelak
Izinkanlah saya untuk selalu mendengarkanmu melantunkan kalam-Nya selalu.


Jombang, 09 November 2017 

Monday, July 10, 2017

Bermain Hujan

Hasil gambar untuk hujan hd

Langit berpindah suasana
Angin mulai menggodanya
Awan datang dengan warnanya
Hujan datang di depan kita

Aku ingin sekali menyentuhnya
Tetesan air pembawa berkah
Bermain hujan dengan gembira
Bersamamulah ingin aku melakukannya

Biarlah kita seperti anak-anak
Bermain hujan sampai reda
Basah kuyup saat pulang ke rumah
Tanpa merasa dingin atau lelah

Ah, hujan
Biarlah jadi saksi kebahagiaan kita
Pengingat kejadian dalam hidup kita
Antara aku, kamu, hujan dan kita
Semoga saja...



Jombang, 10 Juli 2017

Sunday, July 9, 2017

Pergilah, Kamu Tak Selayaknya Disini


Tatapan itu masih terekam jelas di memoriku
Tatapan yang tak sengaja bertemu dengan mataku
Tatapan yang tak selayaknya bertemu
Tatapan yang membuatku semalaman tak nyenyak

Senyum itu, pun tak kalah membuatku pilu
Sedetik senyuman yang menghantuiku seminggu
Seharusnya tak kulihat senyum itu di bibirmu
Apa daya, aku tak ingin sombong dengan tak membalas sapaanmu

Duh hati, luluh lantah kamu karenanya
Duh mata, buta sudah kamu dibuatnya
Duh pikiran, penuh sudah kamu oleh semua tentangnya
Oh Allah, ampuni diri ini yang mudah terpengaruhi

Duh kamu,
Yang sedari kemarin memenuhi hati, pikiran dan penglihatanku
Pergilah jauh dari hati, pikiran dan penglihatan yang lemah ini
Kamu tak selayaknya disini, kamu tak seharusnya disini

Duh kamu,
Pergilah dari sini, pergilah dari hati, pikiran dan penglihatan ini
Diri ini akan baik-baik saja seperti semula
Diri ini akan tegar kembali dengan cinta-Nya

Duh kamu,
Semoga tak menebar tatapan dan senyum itu kembali pada wanita lain
Karena tatap dan senyum itu tak baik diberikan sebelum waktunya
Karena tatap dan senyum itulah, seorang wanita bisa terlena dari cinta-Nya



Jombang, 09 Juli 2017

Tuesday, February 21, 2017

Baper? Makanan jenis apa itu?


Namaku Tarwiya Ulfah, biasa dipanggil Tar, phampham, kalau nggak ya Mbok Wi, tapi yang paling aku suka yaa dipanggil Ukhti Tarwiya, eaaaak. Oh ya, aku mahasiswa yang akan memasuki semester tua di salah satu kampus swasta di Jombang, namanya kampus insan penuh cinta. Eh iya lagi, gara-gara aku udah mau semester tua, dan paling sensitif banget soal Hmmmm, itu tuh, iyaa itu loh, yaa itu lah namanya, inisialnya jodoh gitu, hihihi.

Loh kok jadi kenalan lagi sih? Bukannya udah kenal ya? Hmm atau aku ajah yg sok dikenal? Eh.

Back to the topic gaes, ceritanya aku nih kan udah mau semester akhir, alias bukan mahasiswa semester awal lagi. Yaa, mikirnya bukan buat dapet IPK tertinggi lagi, tp gimana caranya biar cepet ngerjain skripsi, terus kelar, terus lulus, yaudah deh kerja, nikah, loh??

Kalem please gaes! maksutku bukan gitu kok, maksut sebenarnya adalah ya semoga cepet ketemu jodoh gitu *Eh sama ajah kali yaa? Hmm.

Oke, ini serius nih! Jadi maksut lubuk hati terdalam yaitu, usia seumuran aku nih kan udah nggak bisa dibilang remaja lagi, kan ya sudah mulai memasuki usia dewasa. Artinya kalau kena isu-isu soal pernikahan atau jodoh tuh, bapeeerrrrr, Men!

Tapi, tapi, tapiiiii, baper itu apaan sih? Aku nggak paham!

Serius nih, yaa baper itu gimana? Aku sering banget bilang,
“baper ciyee”
“eh kamu baper yaa?”
 “jangan lihat, nanti kamu baper!”

Padahal, sebenarnya, aku sendiri gak paham apa itu baper!

Menurut buku “Jomblo,Mantan,dan Masa Depan” dari Kak Rezky Firmansyah. Baper dapat di artikan,


Buku “Jomblo,Mantan,dan Masa Depan” dari Kak Rezky Firmansyah

“Baper itu adalah membawa perasaan, bukan dibawa perasaaan. Mengendalikan perasaan, bukan dikendalikan perasaan. Setuju?”

Aku sih setuju sama apa yang dikatakan Kak Rezky di bukunya tersebut, karena sebenarnya semua orang pasti pernah baper, tinggal eksekusinya saja yang berbeda. Ada sebagian orang yang memilih nyaman dengan kebaperannya, itu artinya mereka mau dikendalikan oleh perasaan yang membawa ke rasa nyaman yang sementara, ujungnya? Dijamin pasti banyak sakit hati dan kecewanya.

Beda halnya jika baper versi ‘membawa perasaan’. Disini kita benar-benar melatih diri untuk tidak berlarut dalam suatu kenyamanan untuk perasaan yang belum pasti. Di titik ini, kita benar-benar berusaha mengendalikan perasaan, agar tidak terbawa dalam tidur panjang dengan berjuta mimpi tanpa mau bangun untuk mewujudkannya.

Untuk masalahku yang aku ceritakan di awal tadi, awal mulanya sih gara-gara aku risih di bilang temen-teman suka baper lah, atau baperan apa itu jenis yang lain, pokoknya intinya gitu!

Semisal nih, pas aku ngirim tulisan soal motivasi nikah di group wa gitu, dibilang baper.

Aku datang ke kondangan temen nikah, dibilang ‘jangan baper loh’.

Aku ketemu pasangan pengantin baru nikah trus sotoy tanya-tanya, dibilang ‘udah pingin ya? Awas baper!’
Ada lagi yang paling lucu, aku pasang foto bucket bunga di wallpaper HP, dibilang baper juga! Ampuuuuuun!!

Apa kalau aku ngirim tulisan soal motivasi nikah muda di group gitu, berarti aku pingin?

Apa kalau aku jg datang ke kondangan temen, nanya-nanya terus minta foto bareng, berarti aku pingin cepet nyusul?

Apa kalau aku pasang wallpaper bucket bunga di HP, berarti aku pingin cepet dapet bucket juga gitu?

JAWABANNYA, YA IYAA LAAH !!


Ini 2017 gaes, apa kata akhirat kalau masih musim pacaran?

Waktunya Nikah on, bukan hanya sekadar Move on!

Kalau kata salah satu mbak seniorku nih, situ mau nambah volume pahala apa volume dosa? #Jleebb

Kalau aku ngirim tulisan tentang motivasi nikah di group dan aku pingin segera menyusul, ya wajarlah, abis ini juga udah mau lulus, eh. Tapi bukan berarti aku hanya berdiam diri dan larut nyaman dalam rasa “pingin” saja. Harus ada action nya, Men! Berupa apa? Ya berupa terus memperbaiki diri lah.

Katanya kan mau cepet-cepet nikah, biar nambah volume pahala, maka perbaiki diri dahulu. Kalau pinginnya dapat calon suami yang shaleh, bijaksana, baik, pekerja keras, sayang keluarga, dll. Ya kita dulu kudu belajar jadi shalehah, menutup aurat dengan baik, saling berbagi, semangat belajar, dll. Adil, bukan?

Sama halnya kalau aku datang ke kondangan temen, tanya-tanya terus minta foto bareng biar cepet nyusul, lalu dibilang baper! Sekali lagi yaa, baper itu membawa perasaan, bukan di bawa perasaan! Harusnya pinter-pinter kitanya ajah buat bawa itu perasaan ke arah yang positif, sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri, bukan pulas larut di dalamnya.

Terakhir, masih dalam bukunya mas Rezky, pesan sederhana yang ngenak banget ke aku.

“Baper pun bukan berarti bawa perasaan. Melainkan bawa perubahan. Move On!”  






@tarwiya96 | 23:34

Saturday, February 4, 2017

Rentetan kejadian



Angan Yang Lepas
Waktu berlalu singkat
Kembali ke hari dan bulan yang masih sama
Berputar diantara kenangan dan angan
Tanpa kembali ke belakang dan pasti menatap ke depan
Warna-warni kehidupan yang mulai kutapaki
Tinggi menjulang dengan beribu rintangan
Hampir sampai kuraih, sedikit lagi
Aku akan meraihnya
Tapi, kenapa kau mendorongku hingga jatuh ke bawah kembali?

Tertatih Bangkit
Tak apa aku memulainya kembali
Dari titik nol aku bangkit memulai
Terseret pincang kaki kiri
Tertatih berjalan dengan bantuanmu
Hati rapuh ingin menyerah
Berat memikul segala benci,amarah dan cinta
Tapi, kenapa kau masih membantu setelah menjatuhkanku?

Aku terus menapaki
Cukupkan saja rencanamu untuk itu;
Menjatuhkan lalu membantuku bangkit kembali
Anganku memang lepas
Namun mimpiku masih berdiri tegak dan tegas
Tanpa takut kau jatuhkan kembali
Tidak dengan bantuanmu untuk kesekian kali
Entah palsu atau asli, aku tak peduli
Yang jelas aku terus berlari
Walau pincang tak beralas kaki
Kau masih membuatku tersungkur berkali-kali
Aku pun masih akan terus menapaki
Dariku hanya ucapan terimakasih

Monday, January 30, 2017

Hari dimana hujan turun


KEMARIN
Senja merindu basah
Titik-titik air pembawa berkah
Malam dingin mulai berbicara
Angin menari dengan indah
Di tengah kota beralas air
Saat dimana kamu melawanya

2017

HARI INI
Tanah ini mulai bersuara
Bersaksi atas jejak kaki ini
Lelah, penat tak berarti
Dimana rintik-rintik air itu mengguyur kembali
Basah, dingin dan angin
Pun kembali kamu halangi

2017

ESOK
Jika langit menangis kembali
Semoga ada atap untuk aku singgahi
Menikmati rintik itu
dengan nyaman dan sendiri
Hingga angin mengajaknya berlari
Kelain tempat atau lain hari
Tanpa kamu harus menghalangi
Sebelum hujan yang lebih lebat datang menghampiri 

2017

Friday, January 27, 2017

Aku,


Kesalahan Kedua
Malam, maafkan aku menangis lagi
Tersedu-sedu dengan tangan menadah
Kain putih ini hampir basah, lusuh
Malu dengan sikap sendiri yang terus membuat salah
Mengulang kesalahan-kesalahan yang sama
Menjadi manusia yang merugi dengan sikap sendiri
Ya Rabb, maafkan aku mengulanginya kembali

Sekali lagi
Aku memulainya dari awal
Sebab menelantarkan setengah jalan yang hampir kuraih
Oleh sikapku sendiri yang masih terbawa suasana hati
Mengikuti apa yang sedang dikagumi
Tanpa berfikir apa akibatnya untuk saat ini pun nanti
Jika umur ini masih mengikuti
Semoga ada kesempatan kedua untuk memulai kembali saat ini

Kesempatan kedua
Hati ini masih juga terbolak-balik
Dengan segala macam iming-iming duniawi
Kebahagian sementara yang tak akan abadi
Mengejar sesuatu yang bukan tujuan hidup
Karena hidup hanya menumpang
Tak memiliki pun tak dimiliki
Karena jiwa ini milikNya, pun kembali pada saatnya
Berharap selalu ada kesempatan kedua sebelum menghadapNya.



Wednesday, January 25, 2017

Throwback

Hasil gambar si Zombie kelavaran :D

Kejadian hari ini sama persis dengan kejadian sekitar 4 tahun yang lalu, sekiranya saya masih 16 years old. Jaman-jaman masih mudah banget. Dengan jilbab yang masih membuat bentuk wajah saya yang sudah bulat semakin terlihat seperti onde-onde, kaos kaki item polos sedengkul yang sebenarnya kagak ngefek juga (orang roknya panjang), jaman-jaman masih suka main tanpa mikirin ada duit apa kagak, dan yang paling inti adalah jaman-jaman dimana ke alayan masih saya pelihara, wkkwk.

Okay, this is my short story when I was in Vocational High School. I was get a job training in one of famous Radio. That is my best experience ever for about four months on there.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) menjadi kegiatan wajib di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia. Pendidikan sistem ini adalah hasil kerja sama pihak sekolah dengan instansi terkait. Tujuannya adalah untuk mengajarkan siswa mengenai dunia kerja ketika mereka lulus nanti. Supaya ketika lulus nanti, siswa memiliki bekal untuk langsung terjun dalam dunia kerja dengan ilmu dan pengalaman yang sudah matang.

Sewaktu SMK, saya menjalani Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di salah satu Radio di Kediri. Disana saya belajar banyak hal tentang broadcasting sekaligus mempraktekannya. Sejalur dengan jurusan Multimedia yang saya ambil, kegiatan yang saya lakukan kebanyakan terkait dengan IT.

Empat bulan menjalani PSG, membuat pengalaman sekaligus teman bertambah. Pengalaman itu yang benar-benar saya rasakan saat ini. Salah satunya mengenai cara interaksi dengan banyak orang. Selama PSG, saya bertemu dengan banyak orang-orang baru dari berbagai kalangan dan daerah. Interaksi terjadi setiap hari dengan topik yang berbeda-beda. Disinilah saya belajar untuk bersikap dengan baik dengan tipe-tipe orang yang beragam. Karena tidak seharusnya kita mengikuti apa yang lingkungan kita lakukan, namun yang terpenting bagaimana kita membawa diri di lingkungan. Tidak mengubah diri kita sesuai lingkungan, namun tetap menjadi diri sendiri di lingkungan manapun.

Ah iyaa, itu dulu, cerita masa muda saya *eh. Sekarang belum tua-tua amat sih, cuma udah mau semester akhir haha.

Kejadian hari ini membuat pikiran saya melayang jauh mengenang kejadian 4 tahun silam. Kejadian waktu saya masih menjalani PSG di Radio Kediri. Hari ini pun sama, saya menjalani program sejenis, namun dengan nama berbeda. Praktek Kerja Lapangan atau PKL.

Kegiatannya sama persis dengan PSG waktu SMK. Kita sama-sama terjun langsung di lingkungan kerja. Tujuannya pun sama, agar kita benar-benar matang ketika terjun ke dunia kerja lepas lulus nanti.

Para Zombie :d :v

Hari pertama saya PKL dengan empat teman-teman satu kelompok saya berjalan cukup menyenangkan. Dari pagi sampai sore kami hanya disuruh membaca. Iyaa, membaca saja. Membaca ratusan koran lama pun baru untuk mengasah kepekaan kita pada teks-teks berita. Hal ini penting, agar kita bisa membedakan pola menulis sesuai dengan tipe teksnya. Tidak hanya itu, hal ini juga bermanfaat untuk penambahan kosa kata yang masih minim. Bonus pentingnya, ilmu dan pengetahuan menjadi bertambah. Allhamdulilah ...


Throwback ke masa lalu, kegiatan PSG atau PKL sebenarnya membuat saya sedih. Bagaimana tidak, PSG dulu pun dilakukan setahun sebelum kelulusan SMK. PKL kali ini pun tak berbeda, menjelang tahun terakhir kuliah. Itu artinya, saya udah tua, eh!! Haha sebenarnya itu juga benar sih, tapi yang yang saya sedihkan sebenarnya adalah ketika perpisahan dengan sahabat-sahabat seperjuangan di Sastra ’14 sudah didepan mata. Ketika kami benar-benar akan berjalan masing-masing di tempat dan daerah yang berbeda. Dengan komunikasi yang tidak akan sedekat saat ini, tidak akan ada lagi belajar, tertawa, bernyanyi bersama di kelas. Aih, baper deh kalau udah bahas gini, sudah ah sudah.

Friday, January 20, 2017

Menjaga hati



“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi]
Mati-matian aku melawannya. Segala perasaan tak jelas arah di dada, entah apa namanya. Aku terganggu olehnya, yang selalu mengusik tidur malamku. Mengikuti setiap langkah aktivitasku, selalu. Aku benci pun untuk memikirkannya, namun wajah, tutur kata dan sikap manisnya terus menancap di otaku. Aku benci untuk mengatakan ini, tapi iya, kenyataannya memang begitu. Hati ini terus membawaku kepadanya.
Astaugfirulloh.. hati, kumohon hentikan ini. Apa guna kau selalu seperti ini? membawa-bawa perasaan untuk selalu mengingat semua tentangnya. dia yang hanya sekedar teman, hanya teman!
Perhatiannya membuatmu melayang. Terbayang angan indah untuk selalu bersamanya. Merasa menjadi wanita teristimewah dengan segala bujuk rayunya. Apakah dengan seperti ini kamu bahagia, wahai hati?
Tetaplah dengan apa yang kamu yakini, bertahanlah. Abaikan semua perhatiannya, apalah arti perhatian tersebut? Bukannya kamu sudah sangat faham? Itu hanya sekedar bualan kata, tak lebih tak kurang. Dia hanya berani berbicara, tak untuk bertanggung jawab atas perhatian tsb. Bukankah begitu?
Ingatlah selalu Dia yang selalu memerhatikanmu setiap waktu. Mencintaimu tanpa jemu. Dengan cinta dan ridhoNya lah hati ini teguh. Bagaimana bisa kau menjauhiNya demi sekedar memikirkan perhatian hambaNya?
Sungguh hati, janganlah kamu membawa perasaan ini ke jalan yang salah. Cukupkan sampai disini semua fikiran tentangnya. Tendang jauh-jauh semua kebahagiaan semu atas perhatiannya. Hapuslah semua tutur kata mendayu yang membuatmu rindu. Tegaskan bahwa kamu menolak itu, menolak segala macam perasaan tentangnya.
Teruslah meminta kepadaNya yang sempurna. Ketetapan hati diatas jalanNya yang benar dan indah. Karena hanya dengan mengingatNya lah hati ini menjadi tenang, rindu ini menjadi nikmat, dan cinta yang sebenarnya pun terasa melekat. 

Wednesday, January 18, 2017

Keluarga Kedua


PECAHAN RASA
Hari ini, aku menulis cerita baru
Cerita yang tidak sesuai dengan skenario awalku
Di tempat yang tidak seperti keinginanku
Tempat baru yang aku pilih dengan terpaksa, bukan mauku

Aku sungguh ingin memberontak, berteriak
“Aku seharusnya tidak disini!”
Geram, kesal, dan masih sangat kecewa
Aku sungguh tak ingin disini

Cairan bening itu tiba-tiba mengalir, aku cengeng
Tidak bisa menerima kenyataan, begitu adanya
Mudah menyerah, putus asa
Tak bisa berdamai dengan keadaan

Aku tak bersemangat, sama sekali tidak
Mau tak mau, semampuku kujalani
Hingga kuudengar suara sepatu mendekat padaku, semakin dekat
Awalnya, aku fikir hanya seorang, ternyata empat orang

Kami berjabat tangan
Aku tak mengenal mereka sebelumnya
Orang asing yang tiba-tiba sok akrab, aneh
Tapi ada satu hal yang berbeda dari mereka, senyum


Aku melihat senyum yang berbeda dari mereka
Tidak pernah aku melihat sebelumnya
Sahabat-sahabat lamaku pun tak ada yang memiliki senyum seperti mereka
Ah, siapa kah mereka ?

2014


MERANGKAI ASA
Hai masa depan!
Akan kuperjuangkan kau!
Dimana saja dan kapan saja
Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan cahaya terangmu

Kau tau? Aku tidak akan menyerah lagi
Aku sudah bangkit dari keterpurukanku
Aku tak lagi cengeng, karena aku sang pejuang
Aku pun tak lagi kecewa, aku pun sudah berdamai dengan ketentuanNya

Aku disini, atau dimanapun berada, adalah yang terbaik menurutNya
PilihanNya adalah yang terbaik
KetentuanNya adalah yang paling baik
Dan keputusanku untuk berdamai dengan keadaan sudah kupikirkan dengan baik-baik

Ada satu hal lagi yang membuatku semangat, yaitu mereka
Mereka yang selalu menjagaku seperti keluarga sendiri
Mereka yang tak henti membuat lelucon untuk membuatku tertawa
Dan mereka yang membuatku kembali membangun mimpi, merangkai asa
Mereka yang selalu ada, sahabatku Uswatun Hasanah
Ninik Afriani
Mada Silvia Fikriani
Eka Febriani

2015


KELUARGA BARU
Sampai disini, ceritaku tak akan lengkap tanpa mereka
Mereka berempat yang selalu menciptakan tawa
Memeluk erat cerita bermakna pun tak bermakna
Menjaga dari setiap masalah yang ada, selalu begitu

Kedua, aku tak akan betah berada disini tanpa mereka
Aku mungkin sudah kabur membawa rasa kecewa
Meninggalkan sejuta tekanan yang selalu terasa
Namun, karena mereka aku bertahan dan bahagia

Sahabat,
Tak kan cukup kurangkai selalu kalimat ini
Karena di setiap perjalanan bersama kalian
Selalu tercipta cerita-cerita baru
Kenanglah cerita untuk saat ini, nanti saat berpisah, hingga kita bersua kembali

2017


Sunday, January 15, 2017

Jaga kesehatan, yaa..


Saya kapok.  Kapok telat makan, kapok begadang malam, kapok makan-makanan sembarangan, dan kapok nggak dengerin nasehat orang-orang terdekat.

Sudah seminggu ini, badan limvek kagak selesai-selesai. Flu, batuk, anemia, dan demam semakin suka menyerang dengan tiba-tiba. Faktor pemicunya cukup bisa di tebak, antara telat makan, kurang istirahat dan faktor cuaca yang berubah-ubah. Setiap hari hujan tak pernah absen mengguyur kota selama perjalanan pulang. Sekitar pukul 15.00 sampai 17.00, perjalanan pulang di warnai dengan agenda hujan-hujan.

Efeknya tak lain tak bukan, saya ka’o hampir seminggu ini. Jadwal kegiatan yang sudah tertata rapi di buku catatan  tidak mungkin dihapus begitu saja, mau tak mau kegiatan tetap berjalan dalam kondisi apapun.

Kepala pening tak membuat latihan drama saya dan teman-teman kelas terhenti. Deadline hanya tinggal menghitung jari, latihan ngebut harus terus dilakukan. Bukan untuk satu orang, tapi untuk semua anggota kelas. Kelas harus kompak.

Peran sedikit antagonis juga tak kalah membuat saya kesulitan. Disamping faktor penjiwaan karakter yang harus dipelajari, masalah baru datang dari pita suara. Karakter sedikit antagonis ini mengharuskan saya sedikit berteriak dan membentak. Sedangkan suara saya terasa serak, semakin hari semakin tak terdengar, suara saya hilang entah kemana. Mungkin masih di pinjam Raisa untuk bernyayi *Looh? :v

Sedikit problem selanjutnya adalah saya tak merasa kuat untuk membawa motor sendiri. Kondisi kepala pening, flu dan demam membuat saya tak kuasa untuk menarik gas motor. Gemeter-gemeter begimane gituu-_-

Kondisi ini terus berlanjut setiap hari tanpa ada hari khusus untuk saya bener-bener beristirahat. Bagaimanatidak, pagi hingga sore berada diluar rumah dengan judul kegiatan masing-masing, sesampai dirumah siap dengan hidangan tugas-tugas pembuka UAS hingga larut malam. Waktu istirahat berkurang, makan pun terlupakan, dan tubuh menjadi terkapar.

Tak salah dan tak berkutik jika saat ini banyak orang-orang terdekat complain dengan kegiatan saya yang kurang terkontrol. Beberapa dari mereka kesal dalam menasehati saya, beberapa ada juga yang sangat perhatian;keluarga dan sahabat. Saya paham bahwa hal tersebut adalah satu kepedulian untuk saya agar selalu menjaga kesehatan. Tidak memaksa diri untuk terus bekerja dan melupakan makan, selalu menjadi top chart nasehat.

“Jaga kesehatan, yaa.”

Begitu yang selalu terucap dari mereka.
Sedikit terharu begimane gitu, perhatian mereka menjadi pemicu saya untuk segera sembuh. Saya ingin kembali bercanda gurau lepas dengan mereka, belajar bersama dengan tubuh kembali sehat tanpa kepala berdenyut atau batuk yang menganngu percakapan.

Saya beruntung sekali memiliki mereka. Yang selalu mengingatkan apa saja yang mungkin saya lupa atau salah. Saya bangga memiliki mereka, yang selalu menjaga dalam kondisi apapun, sehingga saya selalu merasa terjaga diantara mereka. Thank you for your careness always ibuk,bapak,adek and all of my best friends

Friday, January 6, 2017

Membunuh Rindu


Sunyi malam bernyanyi, ditemani suara jemari yang masih menari. Di atas keyboard ini, aku menulis kembali, apa saja yang kurasa dan pikirkan. Masih tentang seseorang yang abu-abu, belum tahu menahu, dan juga belum bersatu. Cerita ini masih tentangmu.

Aku masih bergelut dengan tumpukan buku di sekitar tempat istirahat. Bukan tugas tapi tumpukan novel yang dari judulnya saja sudah bikin baper. Bukan maksutku untuk baper seperti itu, hanya saja, buku ini kesukaanku, faforitku.

Halaman demi halaman kubaca dengan hati. Penulis ternama dengan diksi yang membuat terpana. Pembaca mana yang tak akan jatuh cinta dengan karyanya, yang dalam sedetik sudah membuat mata terperangah. Tak hanya itu, tema yang diangkatpun sangat kekinian, selera anak mudah banget. Tentang rindu seorang wanita pada sahabatnya, sahabat yang lama-kelamaan membuatnya jatuh cinta. Ah, kata “rindu”, membuatku teringat padamu.

Selera membacaku hilang, hanya karena kata “rindu”. Entah mengapa aku terserap energi kata tersebut. Ya, aku merasakannya. Aku merindukanmu.

Sudah lama sekali aku tak merasakannya kembali. Perasaan rindu itu, yang entah nanti akan lari kemana. Hanya rindu ingin segera bertemu, dengan siapanya pun belum tahu.

Aku ingin membunuh rindu ini, segera. Membiarkannya pergi tanpa amarah. Ku kembalikan semua padaNya, karena tak ingin membuatNya murka. Atas rindu yang belum waktunya, merajut pelan melalui kalimat mendayu yang tak terkontrol oleh diriku.

Aku memilih membunuh rindu ini, dari pada membiarkannya terus menggerogoti hati. Menyiksa hati dengan rasa gelisah tak berarti, menemani dalam sepi menyiksa diri. Biarlah rindu ini tiada saat ini, karena belum saatnya ia menemui. Disaat diri masih sendiri, dalam proses memperbaiki diri.

Aku membunuh rindu ini dengan rentetan do’a. Do’a sepanjang hari di malam atau pun siang. Rentetan do’a yang selalu rindu akan ridhoNya. Do’a yang selalu terpanjat hanya untukNya. Sang Maha Cinta yang seharusnya di rindu, bukan rindu padamu yang belum kutahu.

Kututup malam ini dengan do’a dan air mata. Memohon agar hati ini tak goyah, oleh rindu kepada manusia yang tak seharusnya menyiksa. KepadaNya lah rindu ini akan bermuara, kepada cinta Allah yang sempurna.