Sunyi malam bernyanyi,
ditemani suara jemari yang masih menari. Di atas keyboard ini, aku menulis kembali, apa saja yang kurasa dan pikirkan.
Masih tentang seseorang yang abu-abu, belum tahu menahu, dan juga belum
bersatu. Cerita ini masih tentangmu.
Aku masih bergelut
dengan tumpukan buku di sekitar tempat istirahat. Bukan tugas tapi tumpukan
novel yang dari judulnya saja sudah bikin baper.
Bukan maksutku untuk baper seperti
itu, hanya saja, buku ini kesukaanku, faforitku.
Halaman demi halaman kubaca
dengan hati. Penulis ternama dengan diksi yang membuat terpana. Pembaca mana
yang tak akan jatuh cinta dengan karyanya, yang dalam sedetik sudah membuat
mata terperangah. Tak hanya itu, tema yang diangkatpun sangat kekinian, selera anak mudah banget. Tentang rindu seorang wanita
pada sahabatnya, sahabat yang lama-kelamaan membuatnya jatuh cinta. Ah, kata “rindu”,
membuatku teringat padamu.
Selera membacaku
hilang, hanya karena kata “rindu”. Entah mengapa aku terserap energi kata
tersebut. Ya, aku merasakannya. Aku merindukanmu.
Sudah lama sekali aku
tak merasakannya kembali. Perasaan rindu itu, yang entah nanti akan lari
kemana. Hanya rindu ingin segera bertemu, dengan siapanya pun belum tahu.
Aku ingin membunuh
rindu ini, segera. Membiarkannya pergi tanpa amarah. Ku kembalikan semua
padaNya, karena tak ingin membuatNya murka. Atas rindu yang belum waktunya,
merajut pelan melalui kalimat mendayu yang tak terkontrol oleh diriku.
Aku memilih membunuh
rindu ini, dari pada membiarkannya terus menggerogoti hati. Menyiksa hati
dengan rasa gelisah tak berarti, menemani dalam sepi menyiksa diri. Biarlah rindu
ini tiada saat ini, karena belum saatnya ia menemui. Disaat diri masih sendiri,
dalam proses memperbaiki diri.
Aku membunuh rindu ini
dengan rentetan do’a. Do’a sepanjang hari di malam atau pun siang. Rentetan do’a
yang selalu rindu akan ridhoNya. Do’a yang selalu terpanjat hanya untukNya. Sang
Maha Cinta yang seharusnya di rindu, bukan rindu padamu yang belum
kutahu.
Kututup malam ini
dengan do’a dan air mata. Memohon agar hati ini tak goyah, oleh rindu kepada
manusia yang tak seharusnya menyiksa. KepadaNya lah rindu ini akan bermuara, kepada
cinta Allah yang sempurna.
No comments:
Post a Comment