Monday, January 30, 2017

Hari dimana hujan turun


KEMARIN
Senja merindu basah
Titik-titik air pembawa berkah
Malam dingin mulai berbicara
Angin menari dengan indah
Di tengah kota beralas air
Saat dimana kamu melawanya

2017

HARI INI
Tanah ini mulai bersuara
Bersaksi atas jejak kaki ini
Lelah, penat tak berarti
Dimana rintik-rintik air itu mengguyur kembali
Basah, dingin dan angin
Pun kembali kamu halangi

2017

ESOK
Jika langit menangis kembali
Semoga ada atap untuk aku singgahi
Menikmati rintik itu
dengan nyaman dan sendiri
Hingga angin mengajaknya berlari
Kelain tempat atau lain hari
Tanpa kamu harus menghalangi
Sebelum hujan yang lebih lebat datang menghampiri 

2017

Friday, January 27, 2017

Aku,


Kesalahan Kedua
Malam, maafkan aku menangis lagi
Tersedu-sedu dengan tangan menadah
Kain putih ini hampir basah, lusuh
Malu dengan sikap sendiri yang terus membuat salah
Mengulang kesalahan-kesalahan yang sama
Menjadi manusia yang merugi dengan sikap sendiri
Ya Rabb, maafkan aku mengulanginya kembali

Sekali lagi
Aku memulainya dari awal
Sebab menelantarkan setengah jalan yang hampir kuraih
Oleh sikapku sendiri yang masih terbawa suasana hati
Mengikuti apa yang sedang dikagumi
Tanpa berfikir apa akibatnya untuk saat ini pun nanti
Jika umur ini masih mengikuti
Semoga ada kesempatan kedua untuk memulai kembali saat ini

Kesempatan kedua
Hati ini masih juga terbolak-balik
Dengan segala macam iming-iming duniawi
Kebahagian sementara yang tak akan abadi
Mengejar sesuatu yang bukan tujuan hidup
Karena hidup hanya menumpang
Tak memiliki pun tak dimiliki
Karena jiwa ini milikNya, pun kembali pada saatnya
Berharap selalu ada kesempatan kedua sebelum menghadapNya.



Wednesday, January 25, 2017

Throwback

Hasil gambar si Zombie kelavaran :D

Kejadian hari ini sama persis dengan kejadian sekitar 4 tahun yang lalu, sekiranya saya masih 16 years old. Jaman-jaman masih mudah banget. Dengan jilbab yang masih membuat bentuk wajah saya yang sudah bulat semakin terlihat seperti onde-onde, kaos kaki item polos sedengkul yang sebenarnya kagak ngefek juga (orang roknya panjang), jaman-jaman masih suka main tanpa mikirin ada duit apa kagak, dan yang paling inti adalah jaman-jaman dimana ke alayan masih saya pelihara, wkkwk.

Okay, this is my short story when I was in Vocational High School. I was get a job training in one of famous Radio. That is my best experience ever for about four months on there.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) menjadi kegiatan wajib di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia. Pendidikan sistem ini adalah hasil kerja sama pihak sekolah dengan instansi terkait. Tujuannya adalah untuk mengajarkan siswa mengenai dunia kerja ketika mereka lulus nanti. Supaya ketika lulus nanti, siswa memiliki bekal untuk langsung terjun dalam dunia kerja dengan ilmu dan pengalaman yang sudah matang.

Sewaktu SMK, saya menjalani Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di salah satu Radio di Kediri. Disana saya belajar banyak hal tentang broadcasting sekaligus mempraktekannya. Sejalur dengan jurusan Multimedia yang saya ambil, kegiatan yang saya lakukan kebanyakan terkait dengan IT.

Empat bulan menjalani PSG, membuat pengalaman sekaligus teman bertambah. Pengalaman itu yang benar-benar saya rasakan saat ini. Salah satunya mengenai cara interaksi dengan banyak orang. Selama PSG, saya bertemu dengan banyak orang-orang baru dari berbagai kalangan dan daerah. Interaksi terjadi setiap hari dengan topik yang berbeda-beda. Disinilah saya belajar untuk bersikap dengan baik dengan tipe-tipe orang yang beragam. Karena tidak seharusnya kita mengikuti apa yang lingkungan kita lakukan, namun yang terpenting bagaimana kita membawa diri di lingkungan. Tidak mengubah diri kita sesuai lingkungan, namun tetap menjadi diri sendiri di lingkungan manapun.

Ah iyaa, itu dulu, cerita masa muda saya *eh. Sekarang belum tua-tua amat sih, cuma udah mau semester akhir haha.

Kejadian hari ini membuat pikiran saya melayang jauh mengenang kejadian 4 tahun silam. Kejadian waktu saya masih menjalani PSG di Radio Kediri. Hari ini pun sama, saya menjalani program sejenis, namun dengan nama berbeda. Praktek Kerja Lapangan atau PKL.

Kegiatannya sama persis dengan PSG waktu SMK. Kita sama-sama terjun langsung di lingkungan kerja. Tujuannya pun sama, agar kita benar-benar matang ketika terjun ke dunia kerja lepas lulus nanti.

Para Zombie :d :v

Hari pertama saya PKL dengan empat teman-teman satu kelompok saya berjalan cukup menyenangkan. Dari pagi sampai sore kami hanya disuruh membaca. Iyaa, membaca saja. Membaca ratusan koran lama pun baru untuk mengasah kepekaan kita pada teks-teks berita. Hal ini penting, agar kita bisa membedakan pola menulis sesuai dengan tipe teksnya. Tidak hanya itu, hal ini juga bermanfaat untuk penambahan kosa kata yang masih minim. Bonus pentingnya, ilmu dan pengetahuan menjadi bertambah. Allhamdulilah ...


Throwback ke masa lalu, kegiatan PSG atau PKL sebenarnya membuat saya sedih. Bagaimana tidak, PSG dulu pun dilakukan setahun sebelum kelulusan SMK. PKL kali ini pun tak berbeda, menjelang tahun terakhir kuliah. Itu artinya, saya udah tua, eh!! Haha sebenarnya itu juga benar sih, tapi yang yang saya sedihkan sebenarnya adalah ketika perpisahan dengan sahabat-sahabat seperjuangan di Sastra ’14 sudah didepan mata. Ketika kami benar-benar akan berjalan masing-masing di tempat dan daerah yang berbeda. Dengan komunikasi yang tidak akan sedekat saat ini, tidak akan ada lagi belajar, tertawa, bernyanyi bersama di kelas. Aih, baper deh kalau udah bahas gini, sudah ah sudah.

Friday, January 20, 2017

Menjaga hati



“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi]
Mati-matian aku melawannya. Segala perasaan tak jelas arah di dada, entah apa namanya. Aku terganggu olehnya, yang selalu mengusik tidur malamku. Mengikuti setiap langkah aktivitasku, selalu. Aku benci pun untuk memikirkannya, namun wajah, tutur kata dan sikap manisnya terus menancap di otaku. Aku benci untuk mengatakan ini, tapi iya, kenyataannya memang begitu. Hati ini terus membawaku kepadanya.
Astaugfirulloh.. hati, kumohon hentikan ini. Apa guna kau selalu seperti ini? membawa-bawa perasaan untuk selalu mengingat semua tentangnya. dia yang hanya sekedar teman, hanya teman!
Perhatiannya membuatmu melayang. Terbayang angan indah untuk selalu bersamanya. Merasa menjadi wanita teristimewah dengan segala bujuk rayunya. Apakah dengan seperti ini kamu bahagia, wahai hati?
Tetaplah dengan apa yang kamu yakini, bertahanlah. Abaikan semua perhatiannya, apalah arti perhatian tersebut? Bukannya kamu sudah sangat faham? Itu hanya sekedar bualan kata, tak lebih tak kurang. Dia hanya berani berbicara, tak untuk bertanggung jawab atas perhatian tsb. Bukankah begitu?
Ingatlah selalu Dia yang selalu memerhatikanmu setiap waktu. Mencintaimu tanpa jemu. Dengan cinta dan ridhoNya lah hati ini teguh. Bagaimana bisa kau menjauhiNya demi sekedar memikirkan perhatian hambaNya?
Sungguh hati, janganlah kamu membawa perasaan ini ke jalan yang salah. Cukupkan sampai disini semua fikiran tentangnya. Tendang jauh-jauh semua kebahagiaan semu atas perhatiannya. Hapuslah semua tutur kata mendayu yang membuatmu rindu. Tegaskan bahwa kamu menolak itu, menolak segala macam perasaan tentangnya.
Teruslah meminta kepadaNya yang sempurna. Ketetapan hati diatas jalanNya yang benar dan indah. Karena hanya dengan mengingatNya lah hati ini menjadi tenang, rindu ini menjadi nikmat, dan cinta yang sebenarnya pun terasa melekat. 

Wednesday, January 18, 2017

Keluarga Kedua


PECAHAN RASA
Hari ini, aku menulis cerita baru
Cerita yang tidak sesuai dengan skenario awalku
Di tempat yang tidak seperti keinginanku
Tempat baru yang aku pilih dengan terpaksa, bukan mauku

Aku sungguh ingin memberontak, berteriak
“Aku seharusnya tidak disini!”
Geram, kesal, dan masih sangat kecewa
Aku sungguh tak ingin disini

Cairan bening itu tiba-tiba mengalir, aku cengeng
Tidak bisa menerima kenyataan, begitu adanya
Mudah menyerah, putus asa
Tak bisa berdamai dengan keadaan

Aku tak bersemangat, sama sekali tidak
Mau tak mau, semampuku kujalani
Hingga kuudengar suara sepatu mendekat padaku, semakin dekat
Awalnya, aku fikir hanya seorang, ternyata empat orang

Kami berjabat tangan
Aku tak mengenal mereka sebelumnya
Orang asing yang tiba-tiba sok akrab, aneh
Tapi ada satu hal yang berbeda dari mereka, senyum


Aku melihat senyum yang berbeda dari mereka
Tidak pernah aku melihat sebelumnya
Sahabat-sahabat lamaku pun tak ada yang memiliki senyum seperti mereka
Ah, siapa kah mereka ?

2014


MERANGKAI ASA
Hai masa depan!
Akan kuperjuangkan kau!
Dimana saja dan kapan saja
Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan cahaya terangmu

Kau tau? Aku tidak akan menyerah lagi
Aku sudah bangkit dari keterpurukanku
Aku tak lagi cengeng, karena aku sang pejuang
Aku pun tak lagi kecewa, aku pun sudah berdamai dengan ketentuanNya

Aku disini, atau dimanapun berada, adalah yang terbaik menurutNya
PilihanNya adalah yang terbaik
KetentuanNya adalah yang paling baik
Dan keputusanku untuk berdamai dengan keadaan sudah kupikirkan dengan baik-baik

Ada satu hal lagi yang membuatku semangat, yaitu mereka
Mereka yang selalu menjagaku seperti keluarga sendiri
Mereka yang tak henti membuat lelucon untuk membuatku tertawa
Dan mereka yang membuatku kembali membangun mimpi, merangkai asa
Mereka yang selalu ada, sahabatku Uswatun Hasanah
Ninik Afriani
Mada Silvia Fikriani
Eka Febriani

2015


KELUARGA BARU
Sampai disini, ceritaku tak akan lengkap tanpa mereka
Mereka berempat yang selalu menciptakan tawa
Memeluk erat cerita bermakna pun tak bermakna
Menjaga dari setiap masalah yang ada, selalu begitu

Kedua, aku tak akan betah berada disini tanpa mereka
Aku mungkin sudah kabur membawa rasa kecewa
Meninggalkan sejuta tekanan yang selalu terasa
Namun, karena mereka aku bertahan dan bahagia

Sahabat,
Tak kan cukup kurangkai selalu kalimat ini
Karena di setiap perjalanan bersama kalian
Selalu tercipta cerita-cerita baru
Kenanglah cerita untuk saat ini, nanti saat berpisah, hingga kita bersua kembali

2017


Sunday, January 15, 2017

Jaga kesehatan, yaa..


Saya kapok.  Kapok telat makan, kapok begadang malam, kapok makan-makanan sembarangan, dan kapok nggak dengerin nasehat orang-orang terdekat.

Sudah seminggu ini, badan limvek kagak selesai-selesai. Flu, batuk, anemia, dan demam semakin suka menyerang dengan tiba-tiba. Faktor pemicunya cukup bisa di tebak, antara telat makan, kurang istirahat dan faktor cuaca yang berubah-ubah. Setiap hari hujan tak pernah absen mengguyur kota selama perjalanan pulang. Sekitar pukul 15.00 sampai 17.00, perjalanan pulang di warnai dengan agenda hujan-hujan.

Efeknya tak lain tak bukan, saya ka’o hampir seminggu ini. Jadwal kegiatan yang sudah tertata rapi di buku catatan  tidak mungkin dihapus begitu saja, mau tak mau kegiatan tetap berjalan dalam kondisi apapun.

Kepala pening tak membuat latihan drama saya dan teman-teman kelas terhenti. Deadline hanya tinggal menghitung jari, latihan ngebut harus terus dilakukan. Bukan untuk satu orang, tapi untuk semua anggota kelas. Kelas harus kompak.

Peran sedikit antagonis juga tak kalah membuat saya kesulitan. Disamping faktor penjiwaan karakter yang harus dipelajari, masalah baru datang dari pita suara. Karakter sedikit antagonis ini mengharuskan saya sedikit berteriak dan membentak. Sedangkan suara saya terasa serak, semakin hari semakin tak terdengar, suara saya hilang entah kemana. Mungkin masih di pinjam Raisa untuk bernyayi *Looh? :v

Sedikit problem selanjutnya adalah saya tak merasa kuat untuk membawa motor sendiri. Kondisi kepala pening, flu dan demam membuat saya tak kuasa untuk menarik gas motor. Gemeter-gemeter begimane gituu-_-

Kondisi ini terus berlanjut setiap hari tanpa ada hari khusus untuk saya bener-bener beristirahat. Bagaimanatidak, pagi hingga sore berada diluar rumah dengan judul kegiatan masing-masing, sesampai dirumah siap dengan hidangan tugas-tugas pembuka UAS hingga larut malam. Waktu istirahat berkurang, makan pun terlupakan, dan tubuh menjadi terkapar.

Tak salah dan tak berkutik jika saat ini banyak orang-orang terdekat complain dengan kegiatan saya yang kurang terkontrol. Beberapa dari mereka kesal dalam menasehati saya, beberapa ada juga yang sangat perhatian;keluarga dan sahabat. Saya paham bahwa hal tersebut adalah satu kepedulian untuk saya agar selalu menjaga kesehatan. Tidak memaksa diri untuk terus bekerja dan melupakan makan, selalu menjadi top chart nasehat.

“Jaga kesehatan, yaa.”

Begitu yang selalu terucap dari mereka.
Sedikit terharu begimane gitu, perhatian mereka menjadi pemicu saya untuk segera sembuh. Saya ingin kembali bercanda gurau lepas dengan mereka, belajar bersama dengan tubuh kembali sehat tanpa kepala berdenyut atau batuk yang menganngu percakapan.

Saya beruntung sekali memiliki mereka. Yang selalu mengingatkan apa saja yang mungkin saya lupa atau salah. Saya bangga memiliki mereka, yang selalu menjaga dalam kondisi apapun, sehingga saya selalu merasa terjaga diantara mereka. Thank you for your careness always ibuk,bapak,adek and all of my best friends

Friday, January 6, 2017

Membunuh Rindu


Sunyi malam bernyanyi, ditemani suara jemari yang masih menari. Di atas keyboard ini, aku menulis kembali, apa saja yang kurasa dan pikirkan. Masih tentang seseorang yang abu-abu, belum tahu menahu, dan juga belum bersatu. Cerita ini masih tentangmu.

Aku masih bergelut dengan tumpukan buku di sekitar tempat istirahat. Bukan tugas tapi tumpukan novel yang dari judulnya saja sudah bikin baper. Bukan maksutku untuk baper seperti itu, hanya saja, buku ini kesukaanku, faforitku.

Halaman demi halaman kubaca dengan hati. Penulis ternama dengan diksi yang membuat terpana. Pembaca mana yang tak akan jatuh cinta dengan karyanya, yang dalam sedetik sudah membuat mata terperangah. Tak hanya itu, tema yang diangkatpun sangat kekinian, selera anak mudah banget. Tentang rindu seorang wanita pada sahabatnya, sahabat yang lama-kelamaan membuatnya jatuh cinta. Ah, kata “rindu”, membuatku teringat padamu.

Selera membacaku hilang, hanya karena kata “rindu”. Entah mengapa aku terserap energi kata tersebut. Ya, aku merasakannya. Aku merindukanmu.

Sudah lama sekali aku tak merasakannya kembali. Perasaan rindu itu, yang entah nanti akan lari kemana. Hanya rindu ingin segera bertemu, dengan siapanya pun belum tahu.

Aku ingin membunuh rindu ini, segera. Membiarkannya pergi tanpa amarah. Ku kembalikan semua padaNya, karena tak ingin membuatNya murka. Atas rindu yang belum waktunya, merajut pelan melalui kalimat mendayu yang tak terkontrol oleh diriku.

Aku memilih membunuh rindu ini, dari pada membiarkannya terus menggerogoti hati. Menyiksa hati dengan rasa gelisah tak berarti, menemani dalam sepi menyiksa diri. Biarlah rindu ini tiada saat ini, karena belum saatnya ia menemui. Disaat diri masih sendiri, dalam proses memperbaiki diri.

Aku membunuh rindu ini dengan rentetan do’a. Do’a sepanjang hari di malam atau pun siang. Rentetan do’a yang selalu rindu akan ridhoNya. Do’a yang selalu terpanjat hanya untukNya. Sang Maha Cinta yang seharusnya di rindu, bukan rindu padamu yang belum kutahu.

Kututup malam ini dengan do’a dan air mata. Memohon agar hati ini tak goyah, oleh rindu kepada manusia yang tak seharusnya menyiksa. KepadaNya lah rindu ini akan bermuara, kepada cinta Allah yang sempurna.  

Tuesday, January 3, 2017

Pesan Bapak


Bapak tersenyum melihat putrinya dewasa
Tertawa lepas duduk disampinya
Berbicara layaknya perempuan dewasa
Dengan ilmu dan tutur bahasa tertata

Bapak bangga pada putrinya yang sudah dewasa
Yang akan memakai toga segera
Mata sayup redupnya mulai berkaca
Teringat peluh perjuangan menyekolahkannya

Bapak terenyak, menatap putrinya lamat-lamat
Meminta putrinya mendengarkannya sesaat
Pesan dari bapak yang amat singkat
Semoga pesan ini bermanfaat

“Anakku, putri Bapak yang kini sudah dewasa
Dulu, sekarang atau nanti, tetaplah menjadi perempuan yang jujur
Tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan apa yang kamu tahu
Katakan salah jika memang salah, dan katakan benar jika memang benar.”

“Anakku, putri Bapak yang kini sudah dewasa
Barengi apapun pekerjaanmu nanti dengan kata sabar
Dengan hati yang tenang tanpa amarah
Kalimat yang santun dan bersahaja, baluti sifat rendah diri didalamnya.”

“Anakku, putri Bapak yang kini sudah dewasa
Tetaplah menjadi perempuan yang selalu menjaga diri
Menjaga kehormatanmu sebagai seorang wanita
Untuk kamu dan keluargamu kelak.”

“Terakhir, untuk putri Bapak yang kini sudah dewasa
Sebaik-baiknya manusia adalah yang menebar manfaat pada sekitarnya
Jadikan karyamu sebagai penyemangaat bagi banyak orang
Tetaplah menginspirasi dengan jalan itu, dakwah penamu.”

Pesan Bapak hanyalah itu
Yang terucap di teras kami dua tahun lalu
Sebelum Bapak pergi menghadap Sang Pencipta
Untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diajarkan kepada putrinya. 

Monday, January 2, 2017

The Power of “Terbiasa”


Edisi curhat galau saya dimulai lagi. Setelah sebulan lebih nggak ngisi blog sampe angker kembali, akhirnya jalan paksa saya pilih. Mau nggak mau harus memaksa menulis.
Sebulan lebih jarang meluangkan waktu untuk menulis menjadikan saya tuman, orang jawa timur bilangnya gitu. Tuman ini saya biarkan sehari, dua hari, seminggu eh keterusan sampai sekarang. Faktornya sih cuma satu sebenarnya, malas.
Kebiasaan tersebut membuat saya nyaman dengan hari tanpa menulis. Dampaknya tak lain tak bukan, ide saya mampet, mau nulis lagi juga kaku,buku bacaan numpuk dan tidak ada semangat menulis.
The Power of “Terbiasa” memang bisa berujung positif atau negatif. Saat saya meninggalkan kebiasaan baik dan mulai nyaman dengan kebiasaan yang kurang baik, maka termasuk kebiasaan negatif. Beda halnya saat kebisaan baik dimulai dan berusaha keras meninggalkan yang kurang baik, maka kebiasaan ini adalah positif.
Membangun The Power of “Terbiasa” yang berujung positif ini bukan hal yang mudah, butuh ketelatenan dan kesabaran.
Ketelatenan, ulet, rutin atau istiqomah, semua dimulai dari paksaan. Tak masalah terpaksa asal mau memulainya. Memaksanya pun tak cukup, dua, atau tiga kali, tapi berkali-kali. Nggak ikhlas? Pasti lah, namanya juga awal. Jangan dikira ini tulisan, saya tulis tanpa terpaksa, kagak! Saya pun memaksa untuk menulis ini agar mulai terbiasa menulis kembali.
Terbiasa melakukan kebiasaan positif, lama-lama akan suka/cinta. kalau udah suka/cinta, meninggalkan/tidak melakukannya tidak akan rela. Kalau kata orang jawa “Witing tresno, jalaran soko kulino.” Cinta ada karena terbiasa, aiiih no baper yaa, hehe.
Namanya perasaan suka/cinta itu pasti naik turun, sama seperti iman. Jika tidak dijaga atau dirawat dengan baik dan sabar, perasaan suka/cinta itu juga bisa menurun. Nah, sabar itu penting dalam konteks ini, memupuk rasa cinta terhadap kegiatan positif kita itu harus. Tumbuhkan selalu rasa cinta tersebut dengan selalu istiqomah melakukannya, sedikit demi sedikit, sehari dua hari, insyaallah nanti akan keblablasan sendiri. Eiiitss, jangan dikira lagi, saya sudah terbiasa melakukannya, belum!! Saya pun masih belajar.
Terakhir, jangan lupa semangat. Semangat itu penting, terutama untuk menumbuhkan rasa kreatifitas. Semakin tinggi semangat kita, maka semakin tinggi rasa ingin tau dan mencobanya. Mencoba tidak selalu langsung benar, terkadang melalui kesalahan kita mengetahui mana yang benar. Ah, saya kok jadi kek motivator gini yak, wkwkk. Saya pun masih belajar, saya berbagi apa yang saya tahu dan alami. Terimakasih telah membaca J