Kau tau kan, setiap
pertemuan tidak sengaja kita, selalu menjadi topik tulisanku. Hampir setiap
judul tulisan di blogku masih berkaitan denganmu. Aku menulisnya, membacanya
berulang-ulang. Terkadang aku tertawa geli ketika membacanya, bagaimana bisa
aku menulis tentang dirimu dengan bahasa yang mendayu-dayu dan sedikit romantis.
Seperti cerita cinta sajaa.
Kali ini aku akan
menulis lagi, sembari mencari topik, aku mampir sebentar ke sosial media. Aku blank, statusmu berada di list paling atas. Sekarang,aku sudah
dapat topik, giliran nama tokoh. Jariku terus mengetik, dan tiba-tiba berhenti
ketika aku sadar bahwa nama tokoh dalam tulisanku itu adalah kamu. Selalu kamu!
Kamu lagi, dan kamu lagi ?
Bagaimana aku bisa terus berfikir tentangmu? Apa
yang terjadi padaku ? Sampai saat ini pun, kita tidaklah akrab, hanya sebatas
tau nama dan asal kampus masing-masing. Apalagi bertemu untuk mengobrol, akupun
tak pernah berfikir untuk itu. Ayoolah tolong aku, kenapa aku mulai
memikirkanmu ?
Jika pepatah Jawa
mengatakan, “Tresno jalaran soko kulino –
Cinta ada karena sebuah kebiasaan”, kurasa kitapun tak begitu. Untuk saat
ini, kita semakin jarang bertemu, entah ditempat itu, atau di tempat lain. Mungkin
sekarang ada versi baru dari pepatah tersebut,
“Cinta ada karena sebuah inspirasi”. Looh, tapi kok cinta ? apa aku jatuh
cinta? Aaaaaaah tidak mungkin.
Jika memang aku jatuh
cinta padamu, pasti jantungku akan berdebar-debar saat bertemu, nyatanya tidak seperti itu, hanya saja, aku malu saat berjumpa. Kedua, kalau aku jatuh
cinta padamu, pasti aku akan mempercantik diri untuk menarik perhatianmu,
nyatanya aku tetap seperti biasa, dengan wajah kusam, berminyak dan perut gendutku,
hanya saja aku semakin menjaga sikap di depanmu.
Malu dan menjaga sikap
? untuk apa aku seperti itu? Aaaaahhh semakin rumit. Aku belum siap untuk jatuh
cinta. Cintaku belum pantas untuk bermuara di hatimu. Aku masih belajar
memperbaiki diri yang masih labil ini.
Untuk ibadah saja belum sepenuhnya terlaksana dengan baik. orang tua , juga
belum aku berikan kebahagiaan. Apalagi study
ku, nilai IPK saja masih mepet. Bagaimana bisa berurusan dengan cinta?
Aku bimbang, risau. Aku
mengadu padaNya, bertanya, apakah pantas aku mencintai makhlukNya yang selalu
memenuhi fikiranku akhir-akhir ini? Pantaskah aku? Dan pantaskah cinta ini ada?
Kuadukan semua padaNya,
Sang pemilik cinta yang sesungguhnya. Aku tak berpihak pada persaaan, hanya
mencoba ikhlas dengan keputusanNya. Dengan berani, aku berkata pada diriku.
“Tetaplah
pada kebahagiaanmu saat ini, bukan berarti kau boleh terus memikirkannya, hanya
saja tetaplah ceria dengan inspirasi darinya. Biarkanlah cinta ini sementara membisu,hingga
waktu menunjukan kapa ia boleh bicaram sekarang cukup kau tuliskan dalam coretanmu.
Dan tetaplah menjaga pandangan cintamu, jadikan Allah sandaran selalu tanpa kau
menduakan cintaNya yang penuh cinta.”
No comments:
Post a Comment