All peserta, instrukur dan panitia DM1 KAMMI Jombang. |
Pagi ini, hujan gerimis masih mengguyur kota Jombang.
Rintik-rintik hujan pun tak menggugurkan semangat para pelajar yang berangkat
sekolah dengan seragam coklat, pramuka. Yeah, sabtu yang sudah
diitunggu-tunggu, leadership training, daurah marhalah 1 KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiwa Muslim Indonesia) Jombang.
Seperti pemberitahuan dari ukhti-ukhti sebelumnya,
semua peserta Daurah Marhalah 1 (DM1), hari ini berkumpul di masjid Jami’ kota
Jombang pukul 07.00 pagi. Dan allhamdulilah, sedikit pidato ibu pagi ini membuatku
datang tepat waktu hehe. Tepat pukul 07.00 aku sudah tiba di masjid jami’
dengan ransel warna pink yang isi
yang cukup berat. Beberapa perlengkapan untuk kegiatan dua hari.
DM1 kali ini bertempat di desa Pojokkulon, kesamben
Jombang. Tempatnya yang lumayan jauh dari kota, dan melewati lika-liku gang perkampungan
yang membingungkan, membuat beberapa dari rombongan kami terpisah. Ada yang
kesasar ke desa lain, ada pula yang kesasar sampai jembatan ploso, waw.
Hari ini materi dibuka dengan materi “Syahadatain”
oleh instruktur dari Kediri(maaf gak tau namanya wkwk). Ukhti jilbab kuning
kunyit dengan pembawaan yang kalem dan serius ini membuka materi DM1 dengan
sangat clear. Mulai dari sub bab Syalimul aqidah hingga aksiologi syahdatain terpapar jelas. Kesimpulanku dari
materi pertama ini adalah, semakin kita memahami syahadatain, semakin kita bisa merubah diri untuk lebih dekat
dengan Allah.
Materi kedua, masih di hari pertama DM 1, yakni
materi tentang “Syumuliyatul Islam” atau Islam secara menyeluruh. Masih disampaikan
oleh ukhti jilbab kuning kunyit dari Kediri. Bahasan mulai berat nih, fokus
semakin dipertajam hehe. Dikutip dari Hasan Al Banna “Islam adalah suatu sistem menyeluruh dan mengandung semua aspek
kehidupan.”
Saat materi hihihi |
Setelah ishoma, kami para peserta kembali ke aula
dan lanjut ke materi ketiga, yaitu tentang “Problematika Umat”. Materi dimulai
dengan pembacaan Puisi karya Gus Mus berjudul “ Kau ini bagaimana, atau aku harus bagaimana” oleh instruktur dari
Malang (yang jelas saya juga lupa namanya hehhe). Berikut ini kutipan puisinya:
“Kau Ini Bagaimana
Atau Aku Harus Bagaimana”
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-
Menurutku, ini puisi memang keren banget. Maknanya itu
sangat dalam dan tajam akan sindiran. Cocok banget ini buat pecinta sastra
hehe. Setelah si instruktur membacakan puisi tersebut, diajukannya berbagai
pertanyaan yang membuat kepala kami,para peserta DM1 berdenyut-denyut. Dengan problematika
sebanyak itu, peran kami sebagai mahasiwa dipertanyakan. Apa yang sudah kami
perbuat ? apa kontribusi kami selama ini ? atau sudahkah kami berdo’a untuk
Indonesia selama ini ? Aaaahh aku lemas, diam tanpa kata.
Malam hari, kami kembali dengan materi selanjutnya,
materi ke empat. Kalau ini aku kenal instrukturnya hehhe. Beliau gak kalah
keren dengan pemateri sebelumnya, namanya ukhti Melani dari Malang. Beliau memaparkan materi “Islam Pemuda dan Perubahan
Sosial”. Materi selama 2 jam
disampaikannya dengan interaksi yang sangat asyik. Gak ada itu ngantuk ataupun
capek pas dengerin materinya. Selain memberi pertanyaan yang cukup rumit,
beliau pun sangat ramah kepada setiap peserta. Aku suka sekali dengan
pembawaannya, ingin sekali belajar lebih lama lagi dengan beliau. Semoga ada
kesempatan untuk itu. Amin.
Hari ini pun ditutup dengan diskusi kecil dengan
permasalahan yang sering kami jumpai, walau sudah lelah, tapi kami tetap
berdiskusi dengan aktif. Kami diminta untuk memilih satu masalah kecil yang
sering kami djumpai, entah dikampus, disekitar lingkungan, ataupun saat
berkendara di jalan. Setelah memilih satu masalah, kami diminta berfikir untuk
mencari beberapa solusi penyelesaian. Kelompokku kali ini memilih tema “Pacaran”,
topik yang tak pernah lepas dari dunia anak muda. Kelompok kami memaparkan apa
yang telah didiskusikan, dan pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lainya
bermunculan. Ada yang kurang setuju dengan hasil diskusi kami, ada pula yang
memeberi masukan dan komentar. Diskusi berjalan lancat dan seru. Hingga si
instruktur menghentikan diskusi kami.
Hari kedua DM1. Pagi buta diawali dengan qiyamul lail dan sholat subuh, lalu kami
bergegas untuk outbond dan senam
pagi. Setelah bersih-bersih pagi, materi ke lima dilanjut, kali ini tentang “Ke-KAMMI-an”.
Ini materi paling seru menurutku, semua pertanyaan yang selama ini belum
terjawab mengenai KAMMI, terjawab sudah dimateri kali ini. Materi ini dibawakan
oleh Bapak Rijal dari Malang (InsyaAlloh kalau ane gak salah dan lupa hehe). Selain
materi, beliau pun menunjukan beberapa video mengenai KAMMI. Melalui materi ini
kami para peserta semakin yakin untuk bergabung dengan KAMMI, semangaaat.
Terakhir, materi penutup dibawakan oleh ukhti Karina
dari Surabaya. Aku ingat betul semangat-semangat yang beliau berikan ke kami. Transfer
energi positif beliau kepada kami sangat luar biasa. Di akhir materi beliau
menyampaikan satu pesan, “Jangan takut untuk melakukan hal kecil, karena hal
kecil itu biasanya mempunya efek yang sangat besar, seperti butterfly effect”.
Singkat cerita, butterfly
effect atau efek kupu-kupu adalah
teori yang pertama kali diperkenalkan oleh Edward Norton Lorenz sekitar tahun
1962. Teori ini juga merujuk pada chaos
theory bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara brazil secara
teoritis dapat menyebabkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Pingin tau
lengkapnya? Goongling sendiri hehehe.
Materi ditutup dengan kesimpulan oleh salah satu
instruktur. Kami membuat kesimpulan materi dari awal hingga akhir. Setiap peserta
memiliki kesimpulan masing-masing, namun satu kesimpulan kami yang sama, yakni,
tak ada keraguan di diri kami untuk bergabung dengan KAMMI.
Acara ditutup dengan
pengukuhan dan foto bersama *Yeeee. Allhamdulilah, acara leadership training kali ini, banyak sekali hal-hal dan ilmu baru
yang diperoleh. Semua membuat clear beberapa
pemikiran yang masih kesana-kemari gak jelas. Dengan acara kali ini, kami para
anggota baru memiliki tugas yang lebih berat lagi. Kami harus memulai perubahan
yang lebih baik lagi, untuk diri sendiri, lingkungan sekitar, orang tua, agama,
dan negara. Bismillah.
mantab ukh . .lanjutkan . . .
ReplyDeleteinsyaAlloh, mohon dukungannya selalu dari teman2 KAMMI akh
ReplyDelete