Perempuan
dan Sarjana
Perempuan,
seorang mahkluk yang diciptakan dengan segala keistimewaan dan kelebihannya.
Parasnya yang cantik nan lembut, tutur katanya yang indah dan berwibawa, serta
rasa maaf dalam dirinya yang selalu diberikan. Dan sarjana, sebuah gelar untuk
perjuangan setiap orang dalam memperoleh ilmu setinggi-tinginya. Gelar yang
diperoleh dan akan dilihat sebagai nilai seseorang dalam masyarakat.
Perempuan dengan
kondratnya nanti yang pasti akan menjadi ‘ibu’ dari anak-anaknya. Ibu rumah
tangga bagi keluarganya. Semua aktifitasnya berakhir di dapur. Segala
kepentingannya akan tersingkir dengan kewajiban mutlaknya. Pandangan masyarakat
inilah yang di zaman globalisasi ini masih ada. Perempuan hanyalah calon ibu
rumah tangga untuk keluarganya. Untuk apa gelar sarjana diperoleh susah payah
jika akhirnya mereka berdiam diri dirumah. Jutaan rupiah mereka habiskan untuk
biaya kuliah. Waktu bertahun-tahun mereka lewati untuk sebuah karya bernama ‘skripsi’.
Sarjana, gelar yang
dengan susah payah diraih oleh para perempuan. Perjuangan, perantauan, tumpahan
tangisan maupun darah tak diperdulikan. Mimpi-mimpi besar yang sudah
direnungkan dan direncanakan dengan matang. Semua itu terasa tak berharga
seketika setelah kelulusan mereka. Karya mereka hanyalah bertahan seumur
jagung, selanjutnya kehidupan rumah telah menanti mereka. Para lelaki sudah
menunggu untuk meminang mereka sesuai dengan gelar sarjana mereka. Lelaki akan
memilih wanita yang ia rasa sepadan dengan gelar mereka pula. Mahar para wanita
pun disesuaikan dengan gelar mereka. semakin tinggi gelar seorang wanita,
semakin besar pula nilai mahar yang akan diberikan oleh para lelaki. Seaakan
wanita hanya barang yang dibeli sesuai dengan pandangan masyarakat. Karena
kehidupan saat ini berpusat pada pandang, dan nilai pandang adalah yang utama. Apa
daya, semua memang harus terjadi kodratnya, semakin panjang gelar dibelakang
nama perempuan, semakin hebat pula lelaki yang akan menghampirinya.
No comments:
Post a Comment